Ulumul hadits Mahmud at Takhhan (Tahrij)
AL-‘US{U<L AL-TAHRI<J WA AL-DIRA<SAT AL-‘ASA<NI<D
Karya DR. Mahmu>d al-T{ahha>n
Guru Besar Studi Hadi>th Kuliyah Syari’ah Universitas Kuwait
Cetakan Maktaba>t al-Ma’a>rif Li al-Nasr Wa al-Tauzi>’ Riyad 1996 M.
PENDAHULUAN
Secara Global kitab al-Us}u>l al-Tahri>j ini didalamnya membahas tentang Kaidah-kaidah yang dapat mempermudah para Pelajar dan para peneliti saat ini untuk mengetahui Letak-letak Hadi>th Nabi didalam pembukuanya dan Sumber-sumber aslinya,juga menerangkan tentang Cara-cara yang biasa diikuti oleh para ahli hadi>th dalam mentahri>j al-hadi>th al-Shari>f, dan dalam penulisanya Mahmu>d al-T{ahha>n ( sebut pengarang ) merujuk dan menggunakan sandaran kitab kitab terdahulu dan juga dengan Istiqra>’ serta beberapa penelitian yang lain.
Pengarang juga menjelaskan tentang cara mempelajari al-asa>ni>d ,dan tata cara mentahrij tarjamah ( Otobiografi ), cara pengambilan Hukum pada hadi>th serta tingkatan hadi>th tersebut.
Pengarang juga menjelaskan tentang Sumber-sumber hadi>th dan ilmunya dalam berbagai aspek, yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam era global semacam ini, Pengarang sangat berminat untuk mengarang kitab dengan pembahasan semacam ini dikarenakan kebutuhan akan Tahri>j al-hadi>th sangatlah penting, dan sebab lain yang menjadikan pengarang ingin mengarang kitab ini ialah : karena Para pelajar dan para peneliti hadith Nabawi sangat kurang pengetahuanya dalam masalah tahri>j al-hadi>ts ini bahkan pengarang punya asumsi, jikakebanyakan para pelajar tidak menngetahui cara pembuatan hadith pembukuanya,susunanya terlebih lagi seandainya mereka ditanya tentang isinya mereka tidak akan mengetahuinya, pengarang sangat khawatir jika hal ini benar-benar terjadi maka, ilmu hadi>th bisa hilang sedikit demi sedikit sehingga seandainya ada yang bertanya tentang tahri>j al-Hadi>ts mereka tidak akan mengetahuinya, atau mungkin bisa menemukanya tapi dengan susah payah.
Harapan Pengarang dari kitab ini adalah, hendaknya ilmu tahri>j al-Hadi>ts dan pengetahuan tentang tingkatan hadi>th menjadi mudah dan dapat diketahui dan Difahami oleh segenap pelajar hadith dan bidang keilmuan yang lain serta para peneliti.
Kitab ini oleh pengarang dibagi menjadi 2 Bab
Bab pertama tentang Cara-cara Tahri>j kita akan mempelajarinya dalam 5 Fasal
Bab kedua tentang Penelusuran ‘al-Asa>nid dan Hukum hadi>thnya dan kita akan mempelajarinya dalam 3 Fasal
BAB PERTAMA
Dalam bab ini akan di jelaskan tentang Cara-cara Tahri>j al-Hadi>th, dan bab ini sendiri mempunyai 5 ( lima ) pokok pembahasan penting yang disusun oleh pengarang dalam bentuk Fasl-fasl ( Bagian-bagian )
Bagian pertama: Tahri>j dengan Methode mengetahui perawi hadith yang berasal dari kalangan Sahabat.
Bagian kedua : Tahrij dengan methode mengetahui awal lafad atau matan hadith
Bagian ketiga : Tahrij dengan menggunakan methode mengetahui kalimat ( matan hadith ) yang jarang di ucapkan lewat lesan.
Bagian keempat: Tahrij dengan menggunakan methode mengetahui Judul dari Hadith-hadith.
Bagian kelima : Tahrij dengan menggunakan methode penelitian keadaan hadith dari segi Matan dan Sanadnya.
Sebagaimana kebiasaan pengarang kitab yang lain DR. Mahmu>d al-T{ahha>n memulai kitabnya dengan khutbah kitab dan ini bisa kita lihat di halaman 3 sampai halaman 6.
Hal ke 7 berisi tentang pendahuluan dan dalam pendahuluan ini dijelaskan tentang Hal-hal yang akan dijadikan pokok bahasan dalam kitab ini :
1- Definisi Tahri>j.
2- Hal-hal yang penting dalam ilmu tahrij serta Faedah belajar ilmu tahrij.
3- Penjelasan singkat tentang sejarah ilmu tahrij.
4- Kitab-kitab tahrij yang terkenal serta Otobiografi para pengarangnya.
Definisi tahrij
Dalam definisinya pengarang mendatangkan dua definisi pertama definisi menurut Etimologi[1] dan kedua definisi menurut terminology[2], serta dijelaskan didalamnya tentang tahrij bila dilihat dari kaca mata ahli hadith.
Hal-hal penting dan faedah mempelajari ilmu tahri>j
Pengarang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tahrij sangatlah penting sekali terutama bagi mereka yang menggeluti ilmu Sare’at.
Faedah memempelajarinya juga sangat besar
Sejarah singakat tentang ilmu Tahri>j
Menurut pengarang, ilmu tahri>j bukan termasuk ilmu yang lama akan tetapi termasuk ilmu yang baru, ulama’ terdahulu tidak menggunakan ilmu ini dikarenakan mereka tidak terlalu butuh akan ilmu ini karena ulama’ dahulu dalam mempelajari hadith mereka tidak pernah setengah-setengah melainkan belajar secara mendalam, beda dengan pendahulunya dalam mempelajari hadith beberapa abad setelah itu terjadi penurunan keinginan belajar hadi>th secara mendalam dan menyeluruh, oleh sebab itu maka, ilmu Tahrij sangatlah dibutuhkan. Menurut sejarah kitab tahrij yang dijadikan acuan pertama para ulama’ ketika belajar ilmu ini adalah kitab karangan al-Khot}ib al-Baghda>di ( W. 463 H ). Kemudian dilanjutkan oleh para Ahli-ahli setelahnya.
Kitab-kitab Tahri>j yang terkenal.
Pengarang mengatakan bahwa karangan yang terkenal dalam ilmu ini ada 10 diantaranya :
1- Tahri>j al-Hadi>th al-Muhadhab karya Abu Isha>q al-Shaira>zi disusun oleh Muhammad ibn Musa al-Hazimi
2- Tahri>j al-Hadi>th al-Mukhtasar al-Kabi>r karya Ibn Ha>jib dan disusun oleh Muhamma>d Ibn Ahmad Abd al-Ha>di al-Muqaddasy.
3- Nasb al-Ra>yah Li al-Aha>dith al-Hida>yah Karya al-Marghina>ny W. 744 H.
4- Tahri>j al-Hadi>th al-Kasha>f karya Zamakhshary disusun oleh hafi>z{ al-Zayla’I W. 762 H.
Pada Halaman 17 sampai 21 Pengarang menjelaskan tentang Tahri>j kitab Nasb al-Ra>yah, pengarang dalam hal ini mencontohkan masalah tahrij yang ada pada hadith penyucian mani dari pakaian.
Pada halaman 23 sampai halaman 25, pengarang menjelaskan tentang karya Ibn Hajar al-asqala>ni al-hida>yah Fi al-Hadith al-Hida>yah pengarang mengatakan bahwa kitab ini adalah ringkasan dari kitab al-Nasb al-Ra>yah ibn Hajar sama sekali tidak menambahkan sehingga yang membedakan hanya panjang dan pendek.
Pada halaman 27 sampai Hal. 30 pengarang menjelaskan tentang Tahri>j al-hadi>th dari kitab Talhi>s al-Habi>r yang diringkas oleh Ibn al-Hajar dari kitab Badr al-Muni>r Fi Tahri>j al-Hadi>th Wa al-Atha>r al-Waqi’ah Fi al-Sarh al-Kabi>r karya Sira>j al-Di>n ‘Umar Ibn ‘Aly Ibn al-Mulaqqi>n W. Tahun 804 H. pengarang memberikan contoh dari tahri>j menggunakan kitab ini.
Hal. 31 Sampai 34. pengarang menjelaskan tentang tata cara tahrij al-Hadi>th dalam al-Mughni al-Hamli al-Asfa>r Fi al-Asfa>r. kitab ini berisikan tahri>j yang ada pada kitab Ihya>’ al-Ulu>m al-Di>n, pengarang juga mendatangkan contoh tahrij dalam kitab ini, contoh yang dimunculkan adalah hadith yang berhubungan dengan Ta’ji>l al-Sadaqah.
Hal. 35 Sampai Hal. 95 pengarang menjelaskan tentang Cara-cara yang biasa dipakai untuk tahrij hadith dan didalamnya ada 5 Bagian :
Cara Tahrij bagian pertama : dengan mengetahui rawi hadith yang berasal dari Sahabat.cara ini dipakai ketika nama Sahabat disebutkan dalam hadi>th yang akan di tahrij, menurut pengarang dalam konteks yang seperti ini maka yang bisa kita jadikan sebagai bahan rujukan adalah :
1- Al-Masa>ni>d
2- Al-Ma’a>ji>m
3- Kutub al-at}ra>f
Pengarang menjelaskan juga tentang makna al-Masa>ni>d[3], jumlah al-Masa>ni>d, susunan Nama-nama para Sahabat dalam Musnad serta Nama-nama sebagian al-Masa>ni>d pengarang mendatangkan sepuluh al-Masa>ni>d dan ada beberapa masanid yang dijelaskan secara terperinci oleh pengarang dalam kitab ini diantaranya ialah : Musnad al-Humaid dan Musnad al-Ima>m Ahmad Ibn Hambal
setelah selesai membahas tentang al-Masa>ni>d pengarang membahas al-Ma’a>jim yang diawali dengan definisi al-Ma’a>jim[4], Nama-nama al-Ma’a>jim yang terkenal dan menurut beliau ada lima al-Ma’a>jim yang terkenal seperti al-Mu’jam al-Kabi>r, al-Ausat}, al-Saghi>r, Mu’jam Sahabat Karya Ali al-Hamda>ny dan Mu’jam Sahabat karya Aly al-Mu>s}ili.
Setelah selesai membahas tentang al-Ma’a>jim pembahasan dilanjutkan dengan al-‘At}ra>f dimulai dari Hakekat al-‘At}ra>f, Susunanya, definisi al-‘At}ra>f,[5]Jumlahnya , Faedahnya, kata pengarang untuk diingat “ Bahwa Kitab-kitab al-‘At}ra>f tidak akan memberikan kita matn hadith secara utuh dan sempurna namun hanya memberikan kita arti dari yang ada pada kitab tersebut, sedang bagi yang ingin mengkaji lebih jauh maka hendaknya kembali kepada Sumber hadith yang di tunjukkan oleh kitab-kitab al-‘At}ra>f pengarang menyebutkan dua kitab al-‘At}ra>f yaitu :
1- Tuhfat al-Ashra>f Bi Ma’rifat al- al-‘At}ra>f
2- Z{akhair al-Mawa>ri>th Fi al-Dala>lat ‘Ala Mawa>d}I’I al-Hadi>th
disamping memberikan Nama-nama kitabnya beliau juga menjelaskan tentang isi daripada kitab itu sendiri, disebutkan juga Rumus-rumus yang digunakan sebagai penyebutan Nama-nama Ahli al-hadith, Susunan, Cara mendatangkan hadith dan yang terakhir didatangkan pula contoh-contohnya.
Setelah menjelaskan cara yang pertama yang dipakai dalam tahrij al-hadith pengarang menjelaskan Cara kedua dalam Fasal kedua yaitu : Mengetahui awal lafad dari matan Hadith, pengarang menjelaskan secara mendetail tentang segala sesuatu yang menyangkut cara yang kedua ini dimulai dari; kapan waktu kita bisa menggunakan cara ini, kapan kita bisa memakai cara ini,dan bentuk karangan yang bisa kita pakai sebagai alat pembantu penelusuran, pengarang menyebut tiga macam karangan yang bisa membantu tahri>j ini :
1- Kitab-kitab yang dikarang dari Hadith-hadith yang kita kenal lewat lesan, akan tetapi hadith seperti ini kebanyakan Dla’I>f atau Maudlu>’
2- Kitab-kitab Hadith yang didalamnya disusun dengan menggunakan Mu’jam
3- Kunci-kunci dan Daftar Hadith yang dikarang oleh Ulama’ untuk kitab Husus.
Dalam Fasl yang ketiga disebutkan Cara ketiga yang bisa dipakai untuk Tahrij al-Hadith yaitu : dengan mengetahui kalimat ( bagian dari matan Hadith ) yang jarang diucapkan oleh lesan. Dan yang bisa dijadikan sebagai alat pembantu penelusuran cara yang ketiga untuk mentahrij adalah kitab al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Alfa>z al-Hadi>th al-Nabawy , dijelaskan juga didalamnya tentang kitab ini secara mendetail, diawali dari, siapa yang menyusun Mu’jam ini, tata cara/ aturan penyusunan dari al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Alfa>z al-Hadi>th al-Nabawy ini, juga dijelaskan dalam pembahasan ini contoh-contoh methode pentahrijan dengan cara ini yang diambil dari al-kutub al-Tis’ah.
Setelah selesai membahas cara yang ketiga pengarang menjelaskan cara yang ke empat yang dapat dipakai sebagai methode pentahrijan al-Hadith yaitu : dengan cara mengetahui judul-judul dari Hadith, diterangkan bahwa orang yang biasa memakai cara ini adalah mereka yang yang diberi oleh Allah kelebihan ilmu sehingga ia bisa menentukan judul suatu Hadith, pengarang juga menjelaskan tentang alat yang bisa dipakai sebagai alat pembantu penelusuran cara yang keempat ini yaitu : dengan karangan Kitab-kitab Hadith yang baru, tersusun menurut Bab-babnya serta Judul-judulnya . Menurut pengarang kitab yang demikian dibagi menjadi 3 tiga bagian :
Bagian pertama: Kitab yang bab dan judulnya mencakup seluruh aspek keagamaan.
Bagian kedua: Karangan kitab yang mana bab dan judulnya mencakup lebih dari masalah agama
Bagian ketiga: Karangan kitab yang hanya dihususkan pada bab-bab tertentu dalam masalah agama.
Pengarang disini akan menjelaskan tiap bagian satu persatu dengan terperinci pada
bagian yang pertama Karangan yang bab dan judulnya mencakup segala aspek agama, pengarang memberikan enam contoh kitab yang bisa dijadikan bahan rujukan kitab tersebut antara lain : al-Jawa>mi’, al-Mustakhri>j ‘Ala al-Jawa>mi’, al-Mustadraka>t, al-Maja>mi’, al-Zawa>’id, dan Kitab Mifta>h Kunu>z al-Sunnah. Disini pengarang menjelaskan satu persatu dari 6 kitab yang ada itu di mulai dari definisi al-Jawa>mi’[6], al-Mustakhri>j ‘Ala al-Jawa>mi’ dan seterusnya Serta contoh kitab yang terkenal dari kitab yang enam tersebut.
Bagian kedua : yang dipakai sebagai alat penelusuran methode tahrij yang ke empat yaitu karangan atau kitab yang mana Bab dan Judulnya mencakup lebih banyak dari bab agama, pengarang menyebutkan empat kitab didalamnya, kitab kitab tersebut antara lain : al-Sunan, al-Musannifa>t, al-Muwa>t}a> dan al-Mustahrija>t ‘ala al-Sunnah wa al-Musannifa>t wa al-Muwa>t}a>. setelah menyebutkan hal-hal diatas pengarang menjelaskan apa yang dimaksud dengan al-Sunan, al-Musannifa>t dan seterunya,serta disebutkan didalamnya nama-nama al-Sunan, yang terkenal, serta dijelaskan juga nama-nama kitab yang di dalamnya mencakup al-sunan Abi Dawu>d pembahasan bagian yang kedua ini diakhiri oleh pengarang dengan pembahasan perbedaan antara al-Musannif dan al-Sunan.
Bagian Ketiga : yang bisa dijadikan alat penelusuran Methode Tahrij yaitu karangan yang didalamnya mencakup hadith-hadith yang hanya berhubungan dengan sebagian masalah agama,atau sebagian bab dari masalah agama, dan bahan yang bisa dijadikan rujukan untuk bagian yang ketiga ini banyak sekali pengarang dalam kitab ini menyebutkan sekitar sembilan kitab diantaranya: al-Ajza>’, al-Targhib Wa al-Tarhi>b, al-Zuhd Wa al-Fada>’il Wa al-Adab Wa al-Ahla>k, al-Ahka>m, Maudlu>’at Kha>sash, Kutub al-Funun al- Ukhra>, Kutub al-Tahri>j dan yang terakhir al-Shuru>h al-Hadi>thiyyah Wa al-Ta’li>qat ‘Alaiha>. Setelah menyebut kesembilanya pengarang menjelaskan satu persatu dari karangan tersebut.
Cara yang kelima dan yang terahir yang dipakai untuk mentahrij al-Hadith adalah :Tahrij melalui penelitian keadaan Hadith dari segi Matan dan Sanadnya sebelum pengarang menjelaskan cara yang kelima ini pengarang menjelaskan pada kita Istilah-istilah yang ada didalamnya seperti definisi Sanad dan Matan, kesemuanya itu agar pembaca tidak sulit dalam memahami masalah ini, inilah yang menjadikan buku buku al-Tahhan bagus untuk dikaji.
Pengarang juga mendatangkan masalah contohnya bagaimana jika yang kita kaji dan kita teliti itu adalah hadi>th al-Qudsy setelah membahas tentangnya maka pengarang menjelaskan juga bagaimana kalau penelitian itu lewat Sanad saja atau Matan saja atau bagaimana kalau pembahasannya ada pada keduanya, dengan selesainya bab ini selesailah karangan DR. Mahmu>d al-Tahha>n Bab yang pertama
BAB KEDUA
Secara global dalam bab ini pengarang akan menjelaskan tentang ilmu yang berhubungan dengan ‘Asa>ni>d dan Hukum atas Hadi>th-hadi>th ( dari segi Sahih> Isna>d, Hasan dan d}a>ifnya )
Pembahasan dalam bab ini akan diperinci dalam 3 Fasl ( Bagian )
Bagian Pertama : Tentang Hal-hal yang dibutuhkan dalam mempelajari Sanad-sanad dari segi ilmu al-Jarh Wa al-Ta’di>l.
Bagian kedua : Tentang Macam-macam kitab yang dikarang oleh para Ulama’ tentang Tara>ji>m ( Biografi ) ahli hadi>th dan disebutkan juga didalamnya Kitab-kitab karangan ulama’ yang Masyhu>r dalam bab ini.
Bagian ketiga : Sejarah perjalanan dari pendidikan ilmu ‘Asa>ni>d.
Setelah menjelaskan pokok bahasan secara global pengarang memulai pembahasan yang ada diatas secara terperinci, diawali dengan :
Bagian Pertama : Tentang Hal-hal yang dibutuhkan dalam mempelajari Sanad-sanad dari segi ilmu al-Jarh Wa al-Ta’di>l. pengarang dalam fasal ini tidak lupa mencantumkan definisi daripada Sanad dan Matan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan keduanya.
Dilanjutkan dengan pembahasan tingkatan Sanad dan pentingnya mengetahui tingkatan sanad dari segi Sahi>h, Hasan dan D{a>’if,
kemudian pengarang juga menjelaskan tentang segala hal yang yang dibutuhkan oleh pelajar atau peneliti yang mempelajari Jarh Wa Ta’di>l dan Biografi para perawi sebagaimana biasa pengarang mengawalinya dengan pendahuluan yang bisa mengantarkan kita memahami pembahasan ini, sarat-sarat diterimanya seorang rawi, dengan apa seorang perawi ditetapkan keadilanya, disebutkan juga Mazhab Ibn Abd al-Ba>r tentang penetapan keadilan perawi,bagaimana cara kita mengetahui keadilan perawi, bagaimana jika terjadi pada diri seorang rawi sifat Jarh Wa al-Ta’di>l secara bersama-sama, di jelaskan juga Lafaz-lafaz apa saja yang biasa dipakai dalam Jarh dan Ta’di>l dan tingkatanya,kemudian dijelaskan hukum-hukum tingkatan dari hadith tersebut.
Bagian kedua : Membahas tentang Macam-macam kitab yang dikarang oleh ahli hadith dalam mengetahui Nama-nama rawi dan sanad hadith, dalam pembahasan ini pengarang mengawalinya dengan menceritakan sejarah awal adanya kitab yang membahas tentang bab ini, dilanjutkan dengan Nama-nama kitab karangan ulama’ yang membahas tentang bab ini pengarang menyebutkan 7 kitab diantaranya adalah: al-Mus}annifa>t Fi al-Ma’rifat al-Sahabat, al-Mus}annifa>t Fi al-Tabaqa>t, al-Mus}annifa>t Fi Ruwa>t al-Hadith al-‘A>mmah, al-Mus}annifa>t Fi Rija>l al-Kutub al-Mahs}usah, al-Mus}annifa>t Fi al-Thuqa>t al-Kha>sash, al-Mus}annifa>t Fi al-Duafa>’ Wa al-Mutakallim Fi>him,dan yang terakhir al-Mus}annifa>t Fi Rija>l al-Bila>d al-Mahsu>sat. setelah menyebutkan secara keseluruhan baru pengarang dalam kitab ini menjelaskan satu persatu dari Karangan kitab diatas. Seperti al-Mus}annifa>t Fi al-Ma’rifat al-Sahabat contoh kitabnya adalah :
- al-Isti>’a>b Fi al-Ma’rifat al-‘Asha>b karya Ibn Abd al-Ba>r al-Andalu>sy
- Asad al-Gha>bat Fi Ma’rifat al-Saha>bat karya al-Jazi>ry.
- al-Isha>bat Fi Tamyi>z al-Saha>bat karya Ibn Hajar al-‘Asqala.ny. dan banyak lagi yang lain .yang harus kita baca langsung dalam kitab ini.
Didalam kitab juga dicontohkan Nama-nama kitab yang hanya membahas tentang Nama-nama Rija>l al-Hadith ( Periwayat Hadi>th ) al-Kutub al-Tis’ah dan diantara kitab-kitab tersebut ialah :
-al-Kama>l Fi al-Asma>I al-Rija>l -al-Ka>shif
-Tahz}I>b al-Kama>l - Tahz}I>b al-Tahz}I>b
-ikma>l Tahz}ib al-Kama>l -Taqri>b al-Tahz}I>b
-Taz}hi>b al-Tahz{I>b -Khula>sah Taz}hi>b Tahz{I>b al-Kama>l
Setelah membahas panjang lebar tentang Macam-macam kitab yang dikarang oleh ulama’ yang berhubungan dengan Tara>ji>m pengarang melanjutkan dengan Fasl ( Bagian ) yang ketiga dari pembahasan ini yang berkenaan dengan Perjalanan tentang ilmu Asa>ni>d pengarang membuka pembahasan ini dengan kalimat pembuka dilanjutkan dengan pembahasan tentang Hadith-hadith yang ada pada Sahih Bukha>ri dan Muslim, dilanjutkan dengan Hadith-hadith yang sudah jelas kesahihanya seperti kitab : al-Ziya>da>t Wa al-Tutimma>t allati> Fi al-Mustahrija>t ‘Ala> al-Sahi>hayni, Sahih Ibn Huzaimah, Sahih Ibn Hibba>n,Sahih Ibn al-Sakan, al-Mustadraka>t ‘Ala> al-Sahi>hayni Li> al-Ha>kim.
Dalam Fasl ketiga ini pengarang juga menjelaskan bagaimana Cara mengetahui al-Isna>d dari suatu hadi>th beliau menjelaskan secara terperinci menurut beliau sebelum belajar mengetahui al-Isna>d dari suatu hadi>th yang harus kita ketahui adalah Syarat-syarat hadith bisa dikatakan Sahih adalah :
1- Perawi harus ‘Adil
2- Perawi harus Dla>bit baik hafalan maupun tulisan
3- Sanad hadith harus sambung
4- Dalam hadith ( Baik sanad mapun matan ) tidak boleh Sha>dz
5- Dalam hadith ( Baik sanad mapun matan ) tidak boleh ada cacat
Dan kalau sudah kita ketahui maka hal pertama yang harus kita lalui adalah memeriksa tentang Biografi Perawi Hadith tersebut untuk mengetahui apa yang dikatakan oleh Ulama’ ahli hadith tentang perawi tersebut apakah mereka dihukumi adil atau dihukumi Cacat serta Dla>bit atau tidaknya baik hafalan ataupun tulisannya.
Setelah lolos dari dua pemeriksaan ini maka kita laksanakan penelitian yang ketiga yaitu ketersambungan sanadnya, jika sambung maka kita lakukan penelitian yang ke empat ada dan tiadanya Sha>dz dalam Hadith, kalau yang ini lolos maka tinggal satu tes lagi yaitu ada dan tiadanya cacat dalam hadith, dan jika kesemuanya sudah kita laksanakan dan tidak ada kekurangan satupun dari syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai hadith sahi>h maka hadith ini dikatakan selamat dan termasuk dalam kategori hadith yang sahi>h.
Demikianlah yang disampaikan oleh pengarang, tidak hanya itu beliau juga memberikan contoh dengan hadith baik yang ada pada Kutub al-Tis’ah maupun yang lainya agar para pelajar dan peneliti dapat faham dengan pemahaman yang baik dan memadai.
Akhirnya pengarang menutup pembahasan kitab ini dengan kalimat penutup mudah mudah Allah memberikan kemudahan bagi kita semua yang belajar ilmu Jarh Wa al-Ta’di>l.
Khulasah peresensi
Dan dari kami peresensi, kami rasa kitab ini adalah salah satu kitab yang sangat penting sekali untuk ditelaah dan dipelajari oleh para pelajar, khususnya mereka yang belajar ilmu agama islam tapi tidak menutup bagi siapa pun yang mau membaca akan dapat memperoleh manfaat yang sama, karena kitab ini mudah sekali untuk dipahami karena kitab ini tata cara penulisanya sistematis dan tidak bertele-tele dan karena tiap pembahasan disertai dengan penjelasan dan contoh-contoh yang mudah untuk dimengerti akhir mudah-mudahan kita semua dapat mengambil manfaat dari resensi ini, dan mudah mudahan kita dipermudah dalam belajar ilmu hadith secara umum khususnya ilmu jarh wa al-ta’dil karena dengan faham ilmu ini kita bisa membedakan mana hadith sahih, mana hasan mana dla’I>f dan mana yang maudlu>’, sehingga kesahihan hadith bisa terjaga, dan dengan terjaganya hadith sahih ini maka kita telah ikut serta dalam menjaga salah satu dasar hukum islam. Mudah-mudahan Allah meridlai Juhud kami, Ami>n ya> Rabbal ‘A<la,mI>n
[1] Kumpulnya dua perkara yang saling bertentangan dalam satu perkara.
[2] Petunjuk tentang Letak- letak al-Had>th di dalam Sumber-sumbernya yang asli yang dikeluarkan dengan sanadnya, kemudian dijelaskan tingkatanya menurut kebutuhan
[3] Kitab-kitab modern yang dikarang oleh ahli hadith yang menjelaskan tentang Musnad-mausnad, Nama-nama Sahabat, dengan kata lain mereka ini mengumpulkan hadith –hadith sahabat satu persatu.
[4] Kitab yang didalamnya terhadat Hadith-hadith yang disusun menurut masa>nid Sahabat atau Guru-guru dan daerah.
[5] Bagian dari Matn yang menunjukkan sisa Hadith.
[6] Al-Jawami’ adalah semua kitab Hadith yang didalamnya memuat seluruh bentuk Hadith yang dibutuhkan oleh manusia baik dari segi Aqidah, ahkam, perbudakan, Sopan santun, makanan, minuman, kepergian sejarah dan lainya . yang menyangkut kehidupan manusia.