SPI Islam Asia Tenggara
Sejarah Peradaban Islam di Asia Tenggara
Latar Belakang
Asia Tenggara merupakan tempat tinggal bagi penduduk muslim terbesar di dunia. Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, Malaysia dan brunei Darussalam. Selain itu, minoritas muslin dapat ditemukan di Myanmar, Singapura, filipina, thailand dan Vietnam. Secara geografis, Kawasan asia Tenggara merupakana tempat yang unik dan menarik bagi perkembangan agama-agama di dunia, sehingga hamper seluruh agama terutama agama besar pernah singgah dan mendapat pengaruh di beberapa tempat di Kawasan ini, termasuk agama islam. Bisa dikatakan bahwa penduduk muslim terbesar di Kawasan asia Tenggara.
Islamisasi itu lebih intens dan luas sejak abad ke-12 ketika para guru dan berbagai tempat di jazirah arab mengembara meskipun terjadi beberapa teori kedatanganislam di asia Tenggara, bahwa pedagang muslim dari Kawasan jazirah arab telah hadir di beberapa tempat di Nusantara, sejak abad ke-17 tetapi tidak ada bukti yang menandai bahwamereka memusatkan diri menyebarkan islam. Di perkembangan dan peradaban islam sangat di pemgaruhi oleh struktur kebudayaan yang dianut oleh Masyarakat. Kuatnya unsur kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari mempengaruhi penerimaan dan pelaksanaan kegiatan keagamaan.
Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah islam di Asia Tenggara?
Bagaimana kemajuan agama islam di Asia Tenggara?
Bagaimana Modernisasi islam di Asia Tenggara?
Tujuan
1- Untuk mengetahui Sejarah islam di Asia Tenggara!
2- Untuk mengetahui bagaimana kemajuan agama islam di Asia Tenggara!
3- Untuk mengetahui Modernisasi islam di Asia Tenggara!
BAB ll
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah peradaban islam di Asia Tenggara
Masuknya Islam di Asia Tenggara sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya selat malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perdagangan intenasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907 M), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 sampai 14 ) dan Dinasti Umayyah (660-749 M).
Mulai abad ke-7 orang Muslim Persia dan Arab berdagang sampai ke negeri China pada pemerintahan Tai Tsung (627-650 M) kaisar kedua dari Dinasti Tang, Muslim pertama bernama Sa’ad bin Abi Waqqas adalah seorang Mubaligh juga sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia mendirikan Masjid bernama wa zhin zi yang artinya masjid kenangan nabi di Canto, sampai sekarang Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka yang langsung dibawa oleh sahabat Nabi. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan I-Cing seorang musafir Budha yang mengadakan perjalanan dengan berlayar menggunakan kapal dengan sebutan kapal Po-Sse menuju arah selatan ke Bhoga (di daerah Palembang di Sumatera Selatan). Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya Islam ke Indonesia:
1. Menurut Zainal Arifin Abbas, Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 (684 M).datang seorang Pepimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari Sumatera Utara, jadi Islam pertama kali ke Indonesia ada di Sumatera Utara.
2. Menurut Dr. Hamka, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M, saat itu datang utusan raja Arab Ta Cheh (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke kerajaan Ho Ling (Kaling/Kalingga) untuk membuktikan Keadilan, kemakmuran dan keamanan pemerintah Ratu Shima di Jawa.
3. Menurut Drs. Junied Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 670 M karena di Barus Tapanuli, terdapat sebuah makam yang bertuliskan Haa Miim.
4. Pada tanggal 17-20 Maret 1963 di Medan mengadakan seminar yang mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H/ abad ke-7 M langsung dari Arab, daerah pertama yang didatangi ialah pesisir Sumatera. Persoalan tentang kapan masuknya Islam ke Nusantara, dalam hal ini Azra mengatakan: “Mungkin benar bahwa Islam sudah diperkenalkan dan ada di Nusantara pada abad pertama,
tetapi setelah abad ke-12 pengaruh Islam kelihatan lebih nyata. Karena itu, proses islamisasi nampaknya mengalami perkembangan antara abad ke-12 dan ke-16.”
hal menarik yang patut diperhatikan, berkaitan dengan proses islamisasi wilayah Nusantara adalah dengan apa yang dikatakan oleh Azyumardi Azra “bahwa yang mula-mula masuk Islam adalah para penguasa”. Dalam kaitan ini, sosiolog Muslim bernama Ibn Khaldun menyatakan
"al-nasu 'ala al-dini mulukihim".Yang artinya dengan mengislamkan penguasa, berarti dengan sendirinya akan memudahkan pengislaman penduduk atau rakyatnya.bahkan dengan sendirinya rakyat akan mengikuti agama yang dianut oleh rajanya. Pemimpin memiliki peran besar dalam membentuk perkembangan masyarakat hingga masalah agamapun cenderung mengikuti Pemimpinnya. Nusantara adalah sebutan (nama) bagi seluruh kepulauan Indonesia. Namun demikian, berbicara tentang awal kedatangan Islam di Asia Tenggara, dimana Indonesia adalah negara yang tergolong awal dalam hal kedatangan Islam di Asia Tenggara, maka teori ini menjadi relevan untuk kontek kedatangan Islam di Asia Tenggara.
Pemikiran dalam berbagai aspek ajaran Islam, seperti filsafat, tasawuf, dan lainnya itu berada dalam proses perkembangan Islam di Asia Tenggara. Pada masa kekuasaan Kerajaan Malaka bahwa Islamisasi Asia Tenggara mendapatkan dorongan baru, daerah baru di Sumatera yang kemudian masuk kedalam kekuasaan Malaka setelah Aru, Petir, Lambri antara lain ampar, Indra Giri, Siak, Jambi, Bengkalis, Riau dan Lingga juga telah masuk Islam. Di semenanjung Malaya, seperti Pahang, Pattani, Kedah, Johor juga menerima Islam. Dari Malaka Islamisasi masuk ke pesisir Pulau Jawa, di tahun 1478 kerajaan Majapahit dikalahkan kerajaan Islam yang dipimpin oleh Raja Demak. Para penyebar agama Islam yang berasal dari Demak kemudian mengislamkan warga Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Maluku menjadi wilayah Islam pada tahun 1498. Pulau Mindano diislamkan lebih awal pada tahun 1460, pada akhir abad ke-15 Brunai telah masuk Islam. Dari Sulu dan Mindano Islam menyebar ke wilayah Utara Filipina, berdirilah Kerajaan Islam di sana. Bahkan Manila berada dibawah kekuasaan Islam, yang kemudian dihancurkan oleh Spanyol tahun 1570. Kesultanan Brunai juga mengislamkan wilayah yang berada dalam kekuasaannya. Sedangkan Makasar menerima Islam pada tahun 1603, kemudian mengislamkan Bugis, Sumbawa, Lombok. Setelah Bugis menerima Islam kemudian menyebar ke Flores, seluruh Jawa bertahap menerima Islam kecuali Bali yang masih bertahan sebagai kerajaan Hindu.Islamisasi di Asia Tenggara membawa persamaan dibidang Pendidikan, pendidikan tidak lagi menjadi hak istimewa kaum bangsawan akan tetapi melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Setiap Muslim diharapkan mampu membaca Qur’an dan memahami asas-asas Islam secara rasional, bahasa lokal diperluas dengan kosakata dan gaya bahasa Arab, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Asia Tenggara dan menjadi media pengajaran agama, bahasa Melayu juga berperan penting sebagai bahasa pemersatu. Budaya politik Hindu-Budha juga kepemimpinan telah digantikan dengan ide-ide juga lembaga yang bernafaskan Islam, hukum Islam telah dijalankan walaupun belum secara keseluruhan. Di wilayah Muangthai hukum Islam diterapkan terus didalam undang-undangnya terdapat 42 pasal yang diambil dari mahzab syafi’i, di muangthai terdapat 2000 masjid.Peranan Islam dalam politik lebih nampak di Malaysia, partai Islam menyatakan dalam kampanyenya untuk membentuk Negara Islam, partai Islam mempunyai dukungan yang sangat besar dari masyarakat yang mempunyai penduduk mayoritas Islam seperti Kelantan, Trengganu, Kedah dan Perlis. Angkatan Islam Malaysia berada dibagian terdepan dalam mempromosikan citra positif Islam kepada kaum muslim maupun non muslim yang bertujuan untuk mewujudkan gaya hidup muslim yang baik. Menurut pendapat Azmi Islam datang pertama kali ke Malaysia sejak abad ke7 M.
pedagang Arab Islam sudah sampai ke pulau Melayu, tentu juga singgah di pelabuhan dagang Malaysia. Sejalan dengan pendapat tersebut Abdullah dkk. menegaskan: Para pedagang ini singgah di pelabuhan Sumatera untuk mendapatkan barang-barang keperluan dan sementara menanti perubahan angin Mosun, ada di antara mereka yang singgah di pelabuhan Tanah Melayu seperti Kedah, Trengganu dan Malaka. dengan demikian boleh dikatakan bahwa Islam telah tiba di Tanah Melayu pada abad ke- 7M. dikemukakan oleh Fatimi, bahwa Islam datang pertama kali di sekitar abad ke-8 H (14 M). Ia berpegang pada penemuan Batu Bersurat di Trengganu tahun 702H (1303M). Batu Bersurat itu ditulis dengan huruf Arab. Pada sebuah sisinya, memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah. Sisi lainnya memuat daftar singkat mengenai 10 aturan dan mereka yang melanggarnya akan mendapat hukuman.Menurut pendapat Majul bahwa Islam tiba di Malaysia sekitar abad ke-15 dan ke-16 Kedua pendapat ini, baik Fatimi maupun Majul, juga tidak dapat diterima karena ada bukti
yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam telah tiba pada abad ke-3 H (10 M). Pendapat terakhir ini didasarkan pada penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. Pada batu nisan itu tertulis nama Syeikh Abd alQadir ibn Husayn Syah yang meninggal pada tahun 291 H (940 M). Menurut sejarawan, Syeik Abd al-Qadir adalah seorang da’i keturunan Persia. Penemuan ini merupakan suatu bukti bahwa Islam telah datang ke Malaysia pada sekitar abad ke-3 H (10M). Baik Fatimi maupun Majul agaknya tidak mengetahui tentang penemuan batu nisan di Tanjung Kedah ini dan tulisan tentangnya di majalah Mastika, karena tulisan tersebut baru diterbitkan tahun 1965, sedangkan penelitian mereka masing-masing dihasilkan
tahun 1963 dan 1964. Terjadi perbedaan pendapat untuk mempelajari peradaban Islam di wilayah ini karena keragaman dan keluasan wilayah, di mana pada kenyataannya tidak setiap wilayah atau masing-masing bagian dari wilayah itu sama-sama bisa diketahui dengan baik, sehingga menimbulkan anakronisme yang tidak akurat.Sumber-sumber spekulasi lainnya adalah menyangkut cara dan situasi di mana islamisasi di Semenanjung Melayu ini terjadi. Mengenai asal-usul penyebaran, perdebatan akademis berpusat di Arabia dan India.
Sebagaimana diketahui secara umum, sebelum Islam datang ke Tanah Melayu, orang-orang Melayu adalah penganut animisme, hinduisme dan budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya, Islam secara berangsur-angsur mulai diyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara. Identifikasi Melayu dan Islam, di antaranya bisa dilekatkan pada hakikat kepemimpinan politik Melayu tradisional (kesultanan), yang dipimpin oleh sultan. “Sultan” adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penguasa Muslim. Istilah ini berasal dari bahasa
Arab dan melambangkan kekuasaan Islam di negeri itu. Kitab Undang-Undang Malaka bahkan menyebut sultan Malaka sebagai ”Khalifah al-mu’minin, zill Allah fi al-alam” yang berarti Pemimpinnya orang-orang beriman, bayang-bayang Allah di muka bumi. Ini mengandung makna bahwa sultan bertanggung jawab langsung kepada Tuhan untuk memelihardan agama Islam. Karena itu, para sultan tidak hanya punya peranan vital dalam kepemimpinannya sebagai institusi politik Muslim, dan pembentukan serta pengembangan institusi-institusi Muslim seperti pendidikan dan peradilan agama,
tetapi juga terlibat langsung dalam berbagai aktivitas keagamaan dan kajian-kajian
keislaman sehingga Islam terasa begitu mewarnai kebudayaan Melayu. Pemerintah Singapura memegang prinsip kebebasan dalam beragama dan melindungi
kepercayaan penduduknya, Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) diberikan tanggung jawab unutk mengatur administrasi hukum Islam di Singapura, seperti mengumpulkan zakat, pengaturan ibadah haji,organisasi agama. MUIS juga berwenang mengeluarkan fatwa, pengelolaan seluruh masjid yang ada di Singapura serta berusaha menciptakan warga muslim Singapura lebih baik dibidang pendidikan agar nanti mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan Singapura yang merupakan kepentingan bersama. Orang-orang Islam di Filipina menamakan diri mereka dengan sebutan Moro yang mayoritas adalah nelayan dan petani yang melahirkan Muslim Independent Movement (MIM), Moro National Liberation Front (MNLF) yang berjuang mempertahankan, meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan pelaksanaan hukum keluarga bagi muslim di Filipina. Di bawah bimbingan para ulama Arab dan dukungan Negara Islam semakin berkembang lahirlah ulama-ulama Islam sebagai pemimpin, sistem pendidikan Islam dirancang. Masjid ,surau menjadi lembaga pusat pengajaran, ibadah haji diselenggarakan. Sejumlah karya dibidang teologi, hukum, sastra dan sejarah bermunculan serta tokoh-tokoh ulama intelektual mempunyai jaringan keilmuan yang luas baik di dalam maupun di luar negeri sehingga dapat menunjang perkembangan Agama Islam di Asia Tenggara.
Kemajuan agama islam di Asia Tenggara
Agama Islam berkembang di Asia Tenggara melalui beberapa fase, yaitu:
Fase singgahnya para pedagang Muslim di pelabuhan-pelabuhan Asia Tenggara
Terbentuknya komunitas-komunitas Muslim di beberapa daerah di Nusantara
Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam Kedatangan Islam di Asia Tenggara sebagian besar didahului oleh interaksi dengan para pedagang yang berasal dari Arab, India, Cina, Iran, dan Yaman. Kepulauan Melayu sejak abad ke-5 sebelum masehi telah menjadi tempat persinggahan para pedagang. Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh para pedagang muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam khususnya pada masyarakat sekitar pesisir. Adapun berikut ini beberapa jalur masuknya Islam ke Asia
Tenggara (Setyawati, 2022):
1. Jalur Perdagangan
Sejak abad ke-1, kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional di Kawasan laut Asia Tenggara khususnya Selat Malaka telah memiliki kedudukan yang sangat penting. Posisinya yang menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur, Asia Tenggara, dan Asia Barat, serta kesibukan lalu lintas perdagangan di kawasan Asia Tenggara pada abad ke- 7 sampai abad ke-16 membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan di negeri-negeri Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia. Pengaruh inilah yang menyebabkan adanya perubahan sistem kehidupan diAsia Tenggara yang sebelumnya kepercayaan yang dominan di kalangan masyarakat adalah dinamisme menjadi monotheisme, karena adanya pengaruh pedagang Islam tersebut.
2. Jalur Perkawinan
Pedagang muslim dengan status sosial yang lebih baik dari kebanyakan pribumi
menyebabkan banyak putri-putri bangsawan tertarik menjadi istri saudagar-saudagar tersebut. Sebelum menikah, para calon istri saudagar diislamkan terlebih dahulu, lalu setelah mempunyai keturunan dan lingkungan mereka semakin luas, maka terbentuklah kampung-kampung, daerah-daerah, bahkan kerajaan-kerajaan muslim.
3. Jalur Tasawuf
Seorang ahli sejarah asal Australia, H. John menyatakan bahwa proses Islamisasi di
Asia Tenggara dipengaruhi ajaran Tasawuf dan dakwah cerdas yang dilakukan oleh para sufi yang datang bersama pedagang muslim. Pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan Teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat terutama di Indonesia, seperti mereka mahir dalam mantra atau magic dan mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan. Dengan Tasawuf, Islam yang diajarkan kepada penduduk mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnyamenganut Hindu sehingga agama Islam mudah diterima dan dimengerti.
4. Jalur Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan para ulama melalui
pendidikan di sekolah maupun pesantren. Di pesantren atau pondok, calon guru, calon kiai,maupun calon ulama mendapatkan pendidikan agama. Setelah lulus, mereka kembali ke kampung masing-masing untuk berdakwah ke tempat-tempat tertentu untuk mengajarkan Islam. Sebagai contoh, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Surabaya dan Sunan Giri di Giri, dimana alumni pesantren ini banyak diundang ke Maluku untuk berdakwah.
5. Jalur Kesenian
Islamisasi di bidang kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Sunan
Kalijaga adalah tokoh paling mahir dalam mementaskan wayang. Beliau tidak pernah
meminta upah pertunjukan, melainkan beliau meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi cerita tersebut disisipkan ajaran- ajaran juga nama-nama pahlawan Islam. Kesenian lainnya juga bisa digunakan sebagai alat Islamisasi, seperti seni ukir, seni bangunan, sastra (hikayat, babad, dan lain sebagainya).
6. Jalur Politik
Banyak di antara penduduk di Asia Tenggara masuk Islam setelah rajanya atau kepala
negaranya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya islam di suatu wilayah. Kemenangan kerajaan Islam secara politis dapat menarik penduduk kerajaan bukan Islam masuk memeluk agama Islam.
2.3 Modernisai Islam di Asia Tenggara
Modernisasi Islam merupakan gerakan yang bertujuan untuk merevisi nilai-nilai Islam agar sesuai dengan kebutuhan umat Islam di zaman modern. Berikut beberapa hal terkait modernisasi Islam di Asia Tenggara:
Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Perkembangan Islam di Asia Tenggara dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase singgahnya pedagang Muslim di pelabuhan, terbentuknya komunitas Muslim, dan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Modernisasi Islam di Indonesia
Modernisasi Islam di Indonesia pertama kali terjadi di Minagkabau, Sumatera Barat pada tahun 1803. Saat itu, Haji Sumanik, Haji Piobang, dan Haji Miskin membawa semangat ajaran Wahhabi setelah menunaikan ibadah haji di Mekah.
Gerakan modernisasi Islam di Indonesia
Beberapa gerakan modernisasi Islam di Indonesia, antara lain Gerakan Serikat Islam, Gerakan Muhammadiyyah, dan Gerakan Nahdlatul Ulama.
Sikap masyarakat Islam terhadap modernisasi
Masyarakat Islam memiliki tiga sikap terhadap modernisasi, yaitu menerima tanpa kritis, mengutuk bangsa Barat, dan mengambil budaya Barat yang positif.
Asia Tenggara adalah wilayah yang kaya akan keragaman budaya dan agama, termasuk agama Islam. Seiring dengan perkembangan zaman, agama Islam di Asia Tenggara juga mengalami transformasi dan modernisasi. Di sini akan dijelaskan tentang modernisasi Islam di wilayah Asia Tenggara, dengan fokus pada negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei. Tentang perubahan dalam praktik keagamaan, pemikiran Islam, dan peran Islam dalam masyarakat modern. Namun, modernisasi Islam di Asia Tenggara juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang perlu diatasi.
1. Transformasi Praktik Keagamaan
Dalam proses modernisasi Islam di Asia Tenggara, terjadi perubahan dalam praktik keagamaan. Masyarakat Muslim mulai mengadaptasi teknologi dan media baru dalam menyebarkan ajaran agama, seperti penggunaan media sosial dan aplikasi digital untuk menyebarkan pesan keagamaan. Selain itu, terdapat pula peningkatan dalam pendidikan agama yang lebih inklusif dan modern, dengan fokus pada pemahaman yang lebih kontekstual terhadap ajaran Islam.
2. Pemikiran Islam yang Moderat
Modernisasi Islam di Asia Tenggara juga mencakup perkembangan pemikiran Islam yang moderat. Terdapat gerakan-gerakan intelektual yang berupaya menginterpretasikan ajaran Islam dengan konteks kehidupan modern dan nilai-nilai universal. Pemikiran Islam moderat ini menekankan pada toleransi, dialog antaragama, dan penolakan terhadap ekstremisme.
3. Peran Islam dalam Masyarakat Modern
Islam memiliki peran yang signifikan dalam masyarakat modern di Asia Tenggara. Di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, Islam menjadi faktor penting dalam politik dan kebijakan publik. Kelompok-kelompok Islam berperan dalam memperjuangkan hak-hak minoritas, keadilan sosial, dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, institusi-institusi Islam seperti pesantren, madrasah, dan masjid juga berperan dalam pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
4. Tantangan dalam Modernisasi Islam
Proses modernisasi Islam di Asia Tenggara tidak berjalan tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah pengaruh globalisasi dan modernisasi yang membawa nilai-nilai asing yang bertentangan dengan ajaran Islam tradisional. Selain itu, terdapat pula tantangan dalam mengatasi polarisasi dan konflik antaragama yang dapat menghambat proses modernisasi Islam di wilayah ini.
Kesimpulannya, Modernisasi Islam di Asia Tenggara merupakan proses yang kompleks dan menarik. Transformasi praktik keagamaan, pemikiran Islam yang moderat, dan peran Islam dalam masyarakat modern adalah beberapa aspek yang menjadi sorotan dalam modernisasi Islam di wilayah ini. Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi juga tidak dapat diabaikan. Penting bagi masyarakat Muslim
BAB lll
PENUTUP
Kesimpulan
sejarah adalah cermin masa lalu. didalam sejarah banyak pelajaran berharga yang dapat sejarah dapat menjadi contoh dan tauladan serta sebaliknya , kejadiannya atau peristiwa buruk masa lalu yang ditulis sejarah diharapkan jangan sampai terjadi dan terulang kembali. oleh sebab itu, dari sejrah dapat diambil i'tibar pembelajaran yang berharga dalam mengembangkan pendidikan yang berkwalitas.
Saran
1. Sebagai umat Islam yang merupakan agama yang paling sempurna kita
sebaiknya menjaga dan terus mengembangkan kebudayaan Islam terutama kita
warga negara Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan yang bernuansa
Islami.
2. Selain itu, kita juga harus mempelajari sejarah yang ada, salah satunya sejarah
Islam agar mengetahui dan mengikuti hal-hal yang pernah dilakukan