SPI Tiga Kerajaan Besar Islam
Tiga Kerajaan Besar dalam Sejarah Islam
Sejarah peradaban Islam di Asia Selatan dan Timur Tengah dipenuhi dengan berbagai kerajaan yang berpengaruh, di antara yang paling menonjol adalah Kerajaan Turki Usmani, Dinasti Safawi, dan Dinasti Mughal. Ketiga kerajaan ini bukan hanya berperan dalam perkembangan politik, tetapi juga dalam kebudayaan, ekonomi, dan sosial masyarakat di wilayah tersebut.
Ketiga kerajaan ini—Turki Usmani, Safawi, dan Mughal—memiliki pengaruh yang signifikan dalam sejarah dunia Islam. Masing-masing kerajaan tidak hanya berkontribusi pada aspek politik, tetapi juga memperkaya warisan budaya dan intelektual yang masih terasa hingga saat ini. Pemahaman tentang ketiga dinasti ini penting untuk mengapresiasi kompleksitas dan kekayaan sejarah Islam di kawasan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1.sejarah turki usmani hingga mustafa kemal (1300-1922 M).
2. sejarah dinasti safawi persia hingga khumaini (1501-1732 M).
3. sejarah dinasti mugal india hingga terbentuknya bangladesh.
C. TUJUAN MASALAH
1.mengetahui sejarah turki usmani hingga mustafa kemal (1300-1922 M).
2.mengetahui sejarah dinasti safawi persia hingga khumaini (1501-1732 M).
3.mengetahui sejarah dinasti mugal india hingga terbentuknya bangladesh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH TURKI USMANI HINGGA MUSTAFA KEMAL (1300-1922 M)
1.Awal berdirinya kesultanan utsmaniah
Dalam sejarah Islam tercatat yang berhasil didirikan oleh bangsa Turki, yaitu Turki Saljuk Turki Usmani. Berdirinya Turki Usmani setelah hancurnya Turki Saljuq yang telah berkuasa selama kurang lebih 250 tahun (1055-1300).
Kerajaan ini didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz (ughu) yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Cina, yang kemudian pindah ke Turki, Persia dan Irak. Mereka memeluk Islam kira-kira abad IX atau X, yaitu ketika mereka menetap di Asia tengah. Hal ini karena mereka bertetangga dengan dinasti Samani dan dinasti Ghaznawi, karena tekanan -tekanan bangsa Mongol, mereka mencari perlindungan kepada saudara perempuannya, dinasti Saljuq. Saljuq ketika itu dibawah kekuasaan Sultan Alauddin Kaikobad. Entogrol yang merupakan pimpinan Turki Usmani pada waktu itu berhasil membantu Sultan Saljuq dalam menghadapi Bizantium. Atas jasa inilah ia mendapat penghargaan dari Sultan, berupa sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memiliki Syukud sebagai Ibiu kota. Selain itu Entogrol juga diberikan wewenang untuk memperluas wilayahnya
kedudukannya sebagai pimpinan Turki Usmani digantikan oleh anaknya Usman. Dan setelah itu Saljuq mendapat serangan bangsa Mongol, dinasti ini kemudian terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil. Pada saat itulah Usman mengklaim kemerdekaan secara penuh wilayah yang didudukinya, yang semula merupakan pemberian Sultan Saljuq sendiri, sekaligus memproklamasikan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Inilah asal mula mengapa kemudian diberikan nama dinasti Usmani. Hal ini berarti bahwa putra Ertogrol inilah dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani.[5] Sebagai penguasa pertama, dalam sejarah ia disebut sebagai Usman I. Usman memerintah pada Tahun 1290 M Sampai 1326 M
Puncak kerajaan Turki Usmani dicapai pada masa pemerintahan Sulaeman I. Ia digelari Al-Qanuni, karena ia berhasil membuat undan-undan yang mengatur masyarakat. Orang, barat menyebunya sebagai Sulaeman yang agung, the magnificien. Ia menyebut dirinya sultan dari segala sultan, raja dari segala raja, pemberian anigra mahkota bagi para raja. Pada masanya wilayahnya meliputi dataran Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga ke Aljazair dan Asia hingga Persia, serta meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut merah, Laut tengah,dan Laut Hitam.
Untuk lebih jelasnya penulis akan menyebutkan priode-priode kesultanan pada masa kerajaan Turki Usmani. Dalam bukunya DR. Syafiq A. Mugani membagi menjadi 5 (Lima) priode yakni priode I pada tahun 1299-1402 M. priode ke II pada tahun 1402-1566 M, priode ke III 1566-1699 M, priode ke IV pada tahun 1699-1839 M dan priode ke V pada tahun 1839-1922 M.
Priode pertama, Sultan-sultannya ialah
- Usman I (1299-1326 M.),
- Orkhan (1326-1359 M.),
- Murad I (1359- 1389 M.) dan
- Bayazid I (1389-1402 M.)
2. Priode ke dua, Sultan-sultannya ialah
- Muhammad I (14033-1421 M.),
- Murad II (1421-1451 M.),
- Muhammad II fath (1451-1481 M.),
- Bayazid II (1481-1512 M.),
- Salim II (1512-1520 M.) dan
- Sulaeman I Qanuni (1520-1566 M.)
3. Priode ke tiga, Sultan-sultannya ialah
- Salim II (1566-1699 M.),
- Murad III (1573-1596 M.),
- Muhammad III (1596-1603 M.),
- Ahmad I (1603-1617 M.),
- Mustafa I (1617-1618 M.),
- Usman II (1618-1622M.),
- Mustafa I yang kedua kalinya (1622-1623 M.),
- Murad IV (1623-1640 M.),
- Ibrahim I (1640-1648 M.),
- Muhammad IV (1648-1687 M.),
- Sulaeman III (1687-1691 M.),
- Ahmad II (1691- 1695 M.) dan
- Mustafa II (1695-1703 M.).
4. Priode ke empat, Sultan-sultannya ialah
- Ahmad III (1703-1730 M.),
- Mahmud I (1730-1754 M.),
- Usman III (1754-1757 M.),
- Mustafa III (1757-1774 M.)-
- Abdul Hamid I (1774-1788 M.),
- Muhammad V (1909- 1918 M.),
- Muhammad VI (1918- 1922 M.) dan
- Abdul Majid II (1922- 1924 M).[17]
Kerajaan Turki Usmani mulai melemah semejak meninggalnya Sulaeman Al Qanuni. Para pemimpin lemah dan pada umumnya tidak berwibawah. Selain itu para pembesar kerajaan hidup dalam kemewahan sehingga sering terjadi penyimpangan keuangan Negara. Sekalipun demikian serangan Eropa masih terus berlangsung terutama penaklukan terhadap kota Wina di Australia. Usaha penaklukan ini ternyata juga tidak berhasil
2.masa kejayaan kerajaan ustman
Masa kejayaan ustmani di mulai pada masa pemerintahan sultan salim I (1512-1520) dan sulaemin I (1520-1566). Di mulai pada masa khalifah muhammad al fatih (1444-1446 dan 1451-1481),kerajaan ustmani mengalami kemajuan pesat.sultan salim I fokus pada perluasan wilayah ke selatan turki.iajuga berhasil menguasai baghdag kairo dan sisa sisa kekuasaan kekaisaran
romawi timur.setela suleiman I memulai pemerintahannya dengan melakukan kampanye melawan kekuatan kristen eropa tengah dan mediatrania.
Pada 1521 dab 1522 sultan suleiman I secara berturut turut memimpin gerakan melawan hongaria khususnya belgrade dan rhodes.kekuatan militer hongari pun dapat di patahkan sepenuhnya pada 1526.setelah eropa pada 1530 an suleiman I mengalihkan perhstisnnya ke dinasti safawiah di persia yang telah menjadi lawan secara turun temurun.gerakan itu berhasil membuat sebagian besar timur tengah dan afrika utara jatyh ke tanganya.pada 1538kota aden di yaman di rebut oleh ke kaisaran turki utsmani untuk di jadikan basis serangan terhadapbangsa portugis.hal ini di lakukan sebagai salah satu untuk membangun kembali hubungan perdagangan dengan kekaisaran mughal.
selain itu suleiman I juga memimpin ekspansi ke wilayah mediterania dan afrika utara.praktik ekspani yang di lakukan sultan suleiman I selama berkuasa berhasil membawa wilayah asia kecil armenia,irak,syiria,hejaz,dan yaman di asia barat mesir libia tunis dan aljazir di afrika utara serta bulgaria,yunani yugoslavia albania,hongaria,dan rumania di eropatimur, jatuh ke tangan kekaisaran turki utsmani.di perkirakan luas wilayah kekuasaan kekaisaran turki utsmani pada masa kejayaanya mencapsi 19,9 juta kilometer persegi
Sultan suleiman I berusaha mereformasi undang undang supaya sesuai dengan perubahan pada kekaisaran,tetapi tidak melanggar hukum islam.hasilnya adalah undang undang utsmaniyah yang kemudian di terapkan oleh kekaisaran selama lebih dari tiga abad\.pada masa kejayaan turki utsmani juga ajaran islam,kebudayaan kesusastran,ilmu pengetahuan ,perniagaan,dan kesejahteraan,rakyat berkembang dengan pesat.
Menurut Ajid Tahir dalam bukunya menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan sehingga Turki Usmani memperoleh kemajuan antara lain :
Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa ,
Tidak adanya diskriminasi dari pihak penguasa,
Turki telah menggunakan tenaga-tenaga profesional dan terampil,
Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menrik minat penduduk negeri-negeri Balkan untuk memeluk agama Islam,
Rakyat memeluk agama Kristen hanya dibebani biaya perlindungan (jizyah) yang relatife murah dibandingkan pada masa Bizantium,
Semua penduduk memperoleh kebebasan untuk menjalankan kepercayaannya masing-masing dan
Karena Turki tidak fanatik agama, wilayah-wilayah Turki menjadi tempat perlindungan orang-orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugal pada abad XVI
Kemunduran dan Kehancuran kerajaan Turki Usmani
Pemerintahan sultan Turki yang ke X, yaitu Sulaeman I (1520-1566) merupakan masa pemerintahan terpanjang dibangdingkan dengan Sultan-Sultan lainnya. Selama pemerintahannya berhasil meraih kesuksesan dengan masuknya beberapa wilayah Negara besar Turki. Bahkan mempersatukan umat Islam dengan non Muslim di bawah kekuasaannya. Namun disisi lain tanda-tanda keruntuhan juga sudah mulai muncul kepermukaan. Pandangan tersebut lebih disebabkan oleh ketergantungan kerajaan ini kepada kesinambungan kekuatan politik seorang Sultan.
Periode keruntuhan kerajaan Turki Usamani termanifestasi dalam dua priode yang berbeda pula, yaitu : pertama, priode desentrallisasi yang dimulai pada awal pemeritahan Sulatan Salim II (1566-1574) hingga tahun 1683 ketika angkatan bersenjata Turki Usmani gagal dalam merebut kota Fiena untuk kedua kalinya. Kedua, priode dekompresi yang terjadi dengan munculnya anarki internal yang dipadukan denagn lepasnya wilayah taklukan satu per satu.
Pada abad ke 16 kelompok derfisme telah menjadi kelompok yang solid dan mendominasi kekuatan politik bahkan menggeser posisi para aristoerat Turki tua. Namun pada prkembangan selanjutnya terjadi konflik intern yang menyebabkan mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam politik praktis. Mereka mengkondisikan Sultan agar lebih suka tinggal menghabiskan waktunya di Istana Keputren ketimbang urusan pemerintahan, agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang.
Dengan mengeploitasi posisinya dimata penguasa terhadap rakyat mereka memanipulasi pajak dengan kewajiban tambahan kepada petani, akibatnya banyak penduduk yang berusaha untuk masuk ke dalam korp Jannisari. Hal ini mengakibatkan membengkaknya jumlah keanggotaan Jannisari yang hingga pertengahan abad ketujuh belas mencapai jumlah 200.000 orang.adapun Faktor-Faktor penyebab hancurnya Turki Usmani
Mengamati sejarah keruntuhan Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan kekuatan militer Turki Usmani, kehancuran perekonomian kerajaan dan munculnya kekuatan baru di daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki Usmani..
Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat peluang bagi degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi benturan kepentingan di kalangan elit politik maka dengan mudah mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti. Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji kemakmuran, Sultan dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya di istana dibanding urusan pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang. Pelimpahan wewenan kekuasaan pada perdan menteri untuk mengendalikan roda pemerintahan. Praktik money politik di kalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari pasukan kefelerike tangan pasukan inpantri serta meluasnya beberapa pemberontakan oleh korp Jarrisari untuk menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak berdayaan sultan dan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki Usmani.
Kemerosotan kondisi sosial ekonomi
Perubahan mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan mereka sendiri.[30] Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan perubahan penting di bidang ekonomi. Esentralisasi kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan Turki Usmani.
Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani.[31] Konfrontasi langsung pada dengan kekuatan Eropa berawal pada abad ke XVI, ketika masing-masing kekuatan ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk membenahi Negara dan masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi dan tekhnologi dan mengambil mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
SEJARAH DINASTI SAFAWI PERSIA HINGGA KHUMAINI (1501-1732)
BERDIRINYA DINASTI SAFAWI
Nama Safawi dinisbahkan kepada tarekat Safawiyah yang didirikan oleh Syekh Safiuddin Ishaq (1252-1335 M) pada masa dinasti Ilkhan Syekh Safiuddin adalah seorang Mursyid, Pedagang dan Politikus yang beraliran Suni. Ia punya misi untuk mengislamkan orang Mongol. Pemimpin tarekat selanjutnya adalah anak cucu syekh safiudin seperti Syekh Khwaja Ali dan Junaid.
Dibawah Syekh Junaid ‘yang dianggap TUHAN oleh pengikutnya’ paham dan cara bertarekaf Safawiyah berubah dari lembaga tasawuf yangmempunyai kecenderungan kepada hal-hal yang
bersifat Ukhrawi menjadi aliran agama yang mempunyai kecenderungan kepada politik dan kekuasaan. Penerusnya Haidar membentuk tentara elit bernama Qizilbasy.
Sepeninggal Haidar kepemimpinan Tarekat Safawiyah beralih ke anak termuda Haidar yaitu Ismail. Ismail setelah mengalahkan Kerajaan Syirwanid dan Ayak Koyunlu mendirikan dinasti Safawi pada tahun 1501 M dengan Syi’ah Itsna ‘Asyara sebagai madzhab negara.
PARA KHALIFAH TURKI UTSMANI
Terdapat 11 Syah atau penguasa Dinasti Safawi (1502-1736 M) yang terbagi kepada tiga fase:
Fase I 1501-1588 M :
Ismail I (1501-1524 M)
Tahmasp (1524-1576 M)
Ismail II (1576-1578 M)
M. Kudabanda (1578-1588 M)
Masa ini merupakan masa pendirian dan pembentukan dinasti serta merupakan periode peralihan, ketika terjadi banyak perubahan dan penyesuaian struktur administrasi pemerintahan.
Fase II 1588-1629 M :
Abbas I (1576-1578 M) yang diberi gelar Syah yang Agung.
Pada masa ini Safawi mengalami masa keemasan dan mengalami kemajuan diber bagai bidang.
Fase III 1629-1722 M :
Safi (1629-1642 M)
Abbas II (1642-1666 M)
Sulaiman (1666-1694 M)
Sultan Husain (1694-1722 M)
Masa ini merupakan masa kemunduran dan berakhirnya dinasti Safawi di Persia dan ibukotanya Isfahan direbut oleh Pasukan Afgan.
2 Syah terakhir Tahmash (1722-1732 M)
Dan Abbas III (1732-1736 M).
PERLUASAN WILAYAH
Peradaban islam pada masa kerajaan safawi mengalami perluasan wilyah diantaranya:
Utara : Transxosani
Selatan : Teluk Persia
Timur sampai Barat : Sungai Eufrat.
BASIS SOSIAL POLITIK DAN TRADISI KEAGAMAAN
Syah memiliki tiga kedudukan yaitu sebagai Titisan Tuhan, Syekh Tarikat dan Keturunan Imam Mahdi (Musa Al Kazim). Syi’ah Itsna ‘Asyara sebagai madzhab resmi negara. Pasukan militer Qizilbasy mendapat posisi strategis sampai masa Syah M. Khudabanda.
STRUKTUR PEMERINTAHAN KERAJAAN SAFAWI
Secara administratif, struktur organisasi pemerintahan safawi secara horizontal didasarkan pada garis kesukuan/kedaerahan. Sedangkan secara vertikal mencakup dua jenis, yaitu Istana, dan secretariat negara.
Dalam hal kesukuan Qizilbasy (Suku Turki) merupakan Bangsawan Militer; Suku Tajik memegang posisi di Kementrian dan Sekretariat Negara, selain itu akuntan, pegawai administrasi, pengumpul pajak, dan administrasi keuangan; dan Dari Suku Persia menjabat sebagai sadr (ketua lembaga agama).
Aktivitas penyelenggaraan negara di atur oleh Dewan Amir, yang terdiri dari Amir, Wazir, sejarawan Istana, sekretaris pribadi Syah, dan kepala intelijen. Urusan rumah tangga kerajaan ditangani oleh Nazir-i Buyutat yang didukung oleh sejumlah bengkel kerja atau lembaga industri kerajinan (buyutat-i khashsha-yi syarifa) yang menghasilkan barang-barang seperti tekstil, dan karpet. Urusan hukum yang diterapkan dalam masyarakat dibawah tanggung jawab sadarat.
Adapun urusan hukum yang berkaitan dengan istana berada di bawah tanggung jawab qadi al qudat (Mahkamah Agung) dan Syekh Al Islam.
MASA KEEMASAN KERAJAAN SAFAWI
Masa keemasan Kerajaan Safawi adalah pada masa Syah Abbas I (Syah yang Agung), Kemajuan meliputi semua bidang:
Dalam bidang pendidikan terutama untuk perkembangan Madzhab Syi’ah didirikan sekolah teologi serta didirikan pusat kajian Syi’ah di tiga kota, yaitu: Qum, Najaf, dan Masyhad.
Dalam bidang ekonomi kemajuan di bidang pertanian dan budaya wakaf.
Kemajuan di bidang tasawuf (tasawuf filsafat) ditandai dengan berkembangnya filsafat ketuhanan yang kemudian terkenal dengan filsafat Isyraqi (pencerahan). Salah satu tokohnya adalah Mulla Sadra (164o M).
Di bidang politik terciptanya stabilitas negara dan perdamaian dengan Turki Utsmani dan Dinasti Mogul.
KERUNTUHAN DINASTI SAFAWI
Kemuduran Kerajaan Safawi mulai terlihat sepeniggal Abbas I. Ketidakcakapan para penguasa sepeningga Abbas I dalam mengendalikan system pemerintahan dan keacuhan mereka akan persoalan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Peperangan dengan Turki Utsmani dan Mogul pada masa Syah Safi yang menyebabkan jatuhnya kota Bagdad ke Turki Usmani dan Qandahar ke Mogul.
Menguatkan peranan politik Ulama Rasionalis.
Serangan dari pasukan afgan yang berhasil merebut ibu kota Kerajaan Safawi yaitu Isfaha pada tahun 1722 M.
DINASTI MUGHAL INDIA HINGGA TERBENTUKNYA BANGLADESH
Sejarah berdirinya Kerajaan mughal
Kerajaan Mughal merupakan salah satu kesultanan yang berperan penting dalam perjalanan masuknya Islam ke Asia.
Kerajaan Mughal di India berdiri setelah seperempat abad Daulah Safawiyah (1501 M) di Iran. Berdirinya Kesultanan Mughal terkait erat dengan ekspansi Islam ke India yang dilakukan oleh Daulah Umayyah di bawah pimpinan Hajjaj ibn Yusuf dan Daulah Ghaznawiyah di bawah pimpinan Alp Talkim (962 M).Berdirinya Kerajaan Mughal, atau kerap disebut juga Daulah Mughal, pada 1526 Masehi merupakan kelanjutan dari Kesultanan Delhi, Kesultanan Delhi merupakan tahap awal dari perjalanan panjang menuju pembentukan imperium Muslim di India.
Kerajaan Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur, seorang keturunan Timur Lenk dan penguasa Farghana. Dalam usaha pembentukannya, ia berhasil mengalahkan Ibrahim Lodi dalam pertempuran di Panipat pada 21 April 1526.
Kala itu, dengan undangan dari Alam Khan dan Daulat Khan, Babur membantu menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lodi di Delhi yang tengah mengalami krisis. Undangan tersebut datang setelah Babur berhasil menaklukan Samarkand dan Kabul.
Setelah berhasil menjatuhkan Ibrahim Lodi, Babur menegakkan dinasti Mughal di India, memberikan warna baru bagi peradaban India yang sebelumnya erat dengan agama Hindu. Pendiri Kerajaan Mughal yang dijuluki Babur (Bahasa Persia: Harimau) tersebut sebenarnya bukan orang asli India. Ia merupakan pendatang asal Andijan, Mughalistan (sekarang Uzbekistan). Walau begitu, ia termasuk tokoh yang berperan penting dalam meletakkan dasar peradaban Islam di India.
Para Penguasa Kerajaan Mughal India
.Babur (1526-1530 M)
Babur bernama lengkap Zahiruddin Muhammad Babur. Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan keturunan Jenghiz Khan dari pihak ibu. Ayahnya Umar Mirza, merupakan seorang penguasa Ferghana. 4 Masa pemerintahan Babur ditandai oleh dua persoalan besar yakni bangkitnya kerajaan-kerajaan Hindu yang mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Islam, mereka memberontak antara tahun 1526 dan 1527 M dan munculnya penguasa muslim yang mengakui pemerintahannya di Afghanistan yang masih setia kepada keluarga Lodi. Namum Babur dapat menyelesaikan semua persoalan tersebut.
Humayun (1530-1540 M Dan 1556 M)
Babur digantikan oleh putra sulungnya, Humayun yang bernama lengkap Naseeruddin Humayun. Ia adalah seorang raja yang dermawan, ramah dan suka memaafkan. Pada awal pemerintahannya, Humayun mengalami kesulitan karena perilaku dari saudara-saudaranya yang menuntut hak untuk memerintah. Pada 1540 M, terjadi perang antara Mughal dengan orangorang Afghan di Qanuj. Namun sayang, keberuntungan tidak lagi berpihak kepada Mughal, dan mereka kalah. Humayun mencoba kembali merebut kekuasaannya di Delhi. Pada tahun 1555 M ia menyerbu Delhi yang saat itu diperintah Sikandar Sur (dari Dinasti Sur 1540-1555). Akhirnya ia bisa memasuki kota ini dan ia bisa memerintah kembali sampai tahun 1556 M. Pada tahun 1556 M, ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Jalaludin Muhammad Akbar.
Akbar (1556-1605 M)
Sepeninggal Humayun, tahta kerajaan Mughal dijabat oleh putranya Akbar. Ia bergelar Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kesultanan besar. Di samping itu Akbar menerapakan politik “Sulh-e-Kul” atau toleransi universal, yang memandang semua rakyat sama derajatnya, mereka tidak dibedakan sama sekali oleh ketentuan agama atau lapisan sosial. Pada tahun 1605 M, raja Mughal yang sangat mashur ini wafat.
Jehangir (1605-1627 M)
Setelah Akbar, yaitu anaknya Jehangir. Masa pemerintahan Jehangir kurang lebih selama 23 tahun. Ia adalah penganut ahl al-sunnah wa al jama‟ah, sehingga Din-i- Ilahi yang dibentuk ayahnya menjadi hilang pengaruhnya. Pemerintahan Jehangir juga diwarnai dengan pemberontakan di Ambar yang tidak mampu dipadamkan. Pemberontakan juga muncul dari dalam istana yang dipimpin oleh Kurram, putranya sendiri. Dengan bantuan panglima Muhabbat Khar, Kurram menangkap dan menyekap Jehangir. Berkat usaha permaisuri, permusuhan ayah dan anak ini dapat dipadamkan. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala, Mewar, dan Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawan yang diwarisi oleh ayahnya, Akbar.
Syah Jehan (1627-1658 M)
Syah Jehan tampil menggantikan pemerintahan Jehangir. Syah Jehan adalah seorang yang terpelajar, ia memiliki bakat kepemimpinan dan memiliki jiwa intelektual dan seni. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Pada akhirnya Darsyikuh dibunuh oleh Aurangzeb. Syah Jehan meninggal dunia pada 1657 M, setelah menderita sakit keras.
Aurangzeb / Alamghir I (1658-1707 M)
Aurangzeb bergelar Alamghir Padshah Ghazi. Ia penguasa yang berani dan bijak, kebesarannya sejajar dengan Akbar, Pendahulunya. Pada tahun 1668 M, menyuruh perusakan kuil-kuil Hindu yang disalahgunakan untuk kegiatan-kegiatan politik dan mensponsori pengkodifikasian hukum Islam yang di kenal dengan Fatawa-I, Alamgiri. Tindakan Aurangzeb di atas menyulut kemarahan orang-orang Hindu. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan pemberontakan di masanya. Meskipun pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat dipadamkan, tetapi tidak sepenuhnya tuntas. Hal ini terbukti ketika Aurangzeb meninggal pada 1707 M, banyak provinsi- provinsi yang letaknya jauh dari pusat kerajaan memisahkan diri.
Pemerintahan Pasca-Aurangzeb
Sepeninggal Aurangzeb pada tahun 1707 M, kesultanan Mughal di perintah oleh generasi-generasi yang lemah. Sampai tahun 1858 M sultan-sultan Mughal tidak mampu lagi mengendalikan wilayah yang cukup luas dan kekuatan lokal Hindu yang cukup dinamis, di samping karena konflik di antara mereka sendiri yang berebut kekuasaan. Sultan-sultan penerus Aurangzeb yaitu : Bahadur Syah (1707-1712 M), Azimusyah (1712-1713 M), Farukh Siyar (1713-1719 M), Muhammad Syah (1719- 1748 M), Ahmad Syah (1748-1754 M), Alamghir II (1754-1759 M), Syah Alam (1761-1806 M), Akbar II (1806-1837 M), dan Bahadur Syah II (1837-1858 M).
Proses kemunduran kerajaan Mughal
Syamruddin Nasution, dalam buku Sejarah Peradaban Islam (2013), menjelaskan bahwa kemunduran kekuasaan dinasti Mughal di India terjadi setelah masa pemerintahan Aurangzeb (1707 M). Pada periode ini, kekuasaan Daulah Mughal diambil alih oleh sultan-sultan yang dianggap lemah.Di sisi lain, pada pertengahan abad ke-18, Inggris mulai menancapkan pengaruhnya di India dengan menguasai sebagian wilayah kekuasan Kesultanan Mughal. Upaya Inggris ini paling gencar dilakukan pada 1761 M.
Pada 1803, Delhi sebagai pusat kekuasaan berhasil direbut oleh Inggris. Akibat tekanan tersebut, umat Hindu dan Islam bangkit bersama-sama untuk melakukan pemberontakan. Dalam upaya memulihkan kekuasaan Daulah Mughal di India, mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi simbol perlawanan.
Puncak perlawanan rakyat India terhadap penjajahan Inggris terjadi pada tahun 1857 M. Meskipun ada perlawanan kuat, pasukan Inggris berhasil mengalahkan mereka dengan melibatkan beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Akibat kekalahan tersebut, pada 1858 M, Inggris menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap pemberontak. Rakyat yang dianggap sebagai pemberontak diusir dari kota Delhi. Selain itu, banyak tempat ibadah yang dihancurkan. Tak hanya itu, Bahadur II, sultan terakhir Daulah Mughal, pun diusir dari istananya.Selaras dengan pemaparan Syamruddin Nasution, Moh. Sulaiman dalam Sejarah Kebudayaan Islam (2020) pun menyatakan, penyebab keruntuhan kejayaan Kesultanan Mughal tak hanya terkait dengan kepemimpinan yang lemah. Faktor lain yang menyebabkan Kerajaan Mughal runtuh ialah adanya kemerosotan moral dan pemborosan uang rakyat akibat kehidupan yang kelewat mewah di istana Mughal.
Peninggalan Kerajaan mughal
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Daulah Mughal tidak menonjol sebanyak daulah-daulah sebelumnya. Sebaliknya, keberhasilan dan keunggulan terutama terlihat dalam bidang seni syair dan seni arsitektur. Syamruddin Nasution dalam bukunya menjelaskan beberapa peninggalan monumental dari Daulah Mughal yang masih dapat disaksikan hingga saat ini antara lain:
Benteng Agra atau Agra Fort
Benteng ini terletak di kota Agra, Uttar Pradesh, India Utara, membentang seluas 94 hektar. Lokasinya sejajar dengan Sungai Yamuna, sekitar 2 kilometer barat laut dari Taj Mahal. Kota Agra dijadikan ibu kota kerajaan Mughal, dan Benteng Agra menjadi kediaman utama sultan-sultan Daulah Mughal hingga 1638.
Awalnya, benteng ini dibangun pada masa Sikarwar Rajarputs. Namun, setelah jatuh ke tangan Daulah Mughal, Sultan Akbar melakukan renovasi besar-besaran. Renovasi tersebut melibatkan lebih dari 4000 pekerja dan memakan waktu delapan tahun untuk diselesaikan
Benteng Merah atau Red Fort
Benteng Merah merupakan kediaman utama penguasa dari Daulah Mughal selama hampir 200 tahun, hingga tahun 1856. Pembangunan Benteng Merah dimulai pada 12 Mei 1639 M, ketika Sultan Shah Jahan memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya dari Agra ke Delhi.
Taj Mahal
Istana dari marmer putih gading ini terletak di tepi selatan Sungai Yamuna, Agra. Taj Mahal dibangun antara tahun 1632 dan 1653 M, sebagai mausoleum atau makam untuk Mumtaz Mahal, istri kesayangan Shah Jahan. Taj Mahal dianggap sebagai contoh terbaik arsitektur Mughal dan menjadi simbol sejarah kekayaan India.
Jama Masjid
Salah satu masjid terbesar di India yang dibangun oleh Sultan Mughal Shah Jahan antara tahun 1644 dan 1656 M. Jama masjid menjadi masjid kerajaan hingga akhir periode Mughal. Dengan halaman yang dapat menampung lebih dari 25.000 jamaah, Jama Masjid tetap menjadi salah satu masjid terbesar di India.
Proses terbentuknya Bangladesh
Pada tahun 1930 Muhammad Iqbal ( 1875-1938) dan Muhammad Ali Jinnah (1876-1948) dari Liga Muslim menyerukan pembuatan negara Muslim yang terpisah. Pada tingkat itu terdapat tiga posisi Muslim yang saling berbeda mengenai kemerdekaan dan nasionalisme. Pertama, Menurut para pemuka agama yang tradisional semacam Maula Abul „Ala Al Maududi mengemukakan argumentasi bahwa nasionalisme dan Islam merupakan dua ideologi yang saling berlawanan. Nasionalisme adalah bentuk partikularisme yang berlawanan dengan universalisme Islam. Nasionalisme lahir dari Barat yang berakar pada perasaan nasional yang sempit, rasial, geografis yang merupakan karakteristik Barat
. Oleh karena itu, seluruhnya termasuk dalam kesatuan masyarakat yang universal di bawah kekuasaan hukum Tuhan. Dan barang siapa menerima prinsip Islam tidak bisa terbagi oleh perbedaan nasionalitas, baikpun nasionalisme Muslim, dinyatakan melawan Islam dan ditolak.Kedua, posisi Muslim diwakili oleh Abdul Kalam Azad (1888-1958), tokoh teoritikus terbesar dalam Gerakan Khilafat, yang masih mendukung partai kongres, bahkan menjabat sebagai presidennya. Sejak berakhirnya gerakan Khilafat, filsafat politiknya beralih kepada “composite nationalism”, yang terdiri dari masyarakat Hindu dan Muslim yang saling bekerja sama. Walaupun dengan alasan yang berbeda, ia lebih conderung sepakat dengan al Maududi dan pemuka keagamaan tradisonal yang menentang pembentukan Pakistan sebagai negara Muslim. Ketiga, posisi Muslim yang diwakili Muhammad Iqbal dan Ali Jinnah. Keduanya lebih memilih untuk memisahkan diri dan mendirikan negara Muslim.
Karena banyak pertimbangan- pertimbangan. Diantaranya, munculnya konflik-konflik komunal antara Muslim dan Hindu menyebabkan bangkit prihatin bahwa perpisahan antara Muslim-Hindu niscayaakan mengandung efek yang serius terhadap hah-hak Muslim sebagai penduduk minoritas dalam sebuah negara yang didominasi oleh Hindu.
Bagi sosok seperti Iqbal dan Ali Jinnah, pembaharu agama dan politikus sekuler, awalnya memilih jalan kemerdekaan nasionalisme India. Kemudian beralih pada Nasionalisme Muslim dan mendirikan sebuah negara Muslim yang terpisah. Pada tanggal 20 Maret 1940, Muslim League mengadakan sidang tahunan memutuskan sebuah resolusi menyerukan penciptaan negara Muslim dalam wilayah barat laut (lembah Indus) dan wilayah belahan timur (Bengala) tempat kediaman mayoritas Muslm. Pada 16 Desember tahun 1971 adalah awal dari cikal bakal terbentuknya negara Bangladesh. Dua pekan setelah India menginvasi wilayah bagian Timur Pakistan, kenyataan pahit harus diterima Pakistan. Tentara mereka yang berjumlah 90 ribu harus menyerah terhadap pasukan India di wilayah tersebut. Kekalahan itu begitu menyakitkan bagi Pakistan. Pasalnya, kekalahan tersebut berakibat pada langkah Pakistan Timur yang resmi memisahkan diri dari negaranya dan mendeklarasikan diri sebagai Bangladesh. Semenjak Inggris mengakhiri kekuasaannya pada 1947 dari Barat dan Timur Pakistan kerap berseteru. Perbedaan budaya serta adanya negara India yang memisahkan barat dan timur ini semakin memicu dan membakar semangat Timur Pakistan untuk merdeka.
Sebenarnya sebelum peperangan itu pecah, pada Bulan Maret tentara Pakistan Timur sudah memploklamirkan negara Bangladesh. Tapi hal itu tak berlangung lama, Pakistan segera mengambil tindakan dan melakukan serangan ke daerah itu. Namun, Bangladesh tampaknya harus banyak berterima kasih kepada India. Kalau tidak ada bantuan dari negara tersebut sulit rasanya negara Bangladesh bisa berdiri sampai sekarang ini. Walau mendapat bantuan India, jalan panjang tetap harus dilalui Bangladesh, banyak warga terbunuh jutaan orang mengungsi menjadi harga mahal yang harus di bayar Bangladesh.Tetapi perjuangan Bangladesh akhirnya membuahkan hasil. Pada 1974 Pakistan akhirnya resmi mengakui kemerdekaan dan kedaulatan negara Bangladesh
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kerajaan Utsmani berasal dari suku bangsa pengembara Qoyigh Oghuz, beribukota diSyukud. Kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri (1300 - 1924 M). Penguasa pertamanyaadalah Utsman yang sering disebut Utsman I. Dinasti Utsmani berkuasa kurang lebih selama tujuh abad, dengan sekitar 36 sultan selama kekuasaannya.
PasukanJanissary bentukan Orkhan yang terkenal tangguh merupakan pasukan pertama yang berhasilmenaklukkan beberapa wilayah sehingga daerah kekuasaan Utsmani semakin luas.Peradaban yang dihasilkan meliputi bidang militer, pemerintahan, ilmu pengetahuan dan budaya
Kerajaan Syafawi berdiri sejak 1501-1722 M. Kerajaan Syafawi berasal dari sebuahgerakan tarekat Syafawiyah, yang didirikan di Ardabil. Nama Syafawiyah diambildari nama pendirinya, Syafi al-Din. Nama Syafawi itu terus dipertahankan sampaitarekat ini menjadi gerakan politik, bahkan hingga gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan .hasil peradaban kerajaan syafawi meliputi bidang ekonomi,ilmu pengetahuan bangunan fisik dan seni.
Kerajaan Mughal berdiri sejak (1526 - 1858 M) didirikan oleh Zahirudin Babur (1526- 1530 M). Dan Peradaban yang diukir oleh kerajaan Mughal yakni pada bidangekonomi, seni, dan ilmu pengetahuan.