Advertisement

Tarekat Pengertian Ragam serta Tokoh

Tarekat Pengertian ragam dan Tokoh


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PENGERTIAN TAREKAT.

Dalam penyusunan tugas atau makalah penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, dosen serta teman- teman semua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. M. Syaifullah, Lc.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Akhlaq Tasawwuf. Penulis juga berterima kasih atas dukungan semua pihak terutama media cetak baik buku, maupun media elektronik yang sangat membantu proses penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas, membuat mahasiswa lebih memahami materi yang disampaikan dengan mudah dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca para Mahasiswa STIT Raden Santri Gresik.

Gresik, 29 Juni 2025

Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II

PENDAHULUAN

D. Pengertian Tarekat

E. Macam-Macam Tarekat

F. Tokoh-Tokoh Tarekat

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Islam tidak hanya hadir sebagai sistem keimanan dan syariat, tetapi juga sebagai jalan spiritual yang mendalam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu jalur spiritual tersebut dikenal dengan istilah tarekat. Tarekat berasal dari kata Arab ṭarīqah yang berarti "jalan", "metode", atau "cara". Dalam konteks tasawuf, tarekat adalah jalan spiritual yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai kesucian jiwa, kedekatan dengan Tuhan, dan pada akhirnya makrifatullah (pengenalan sejati terhadap Allah).

Sejak masa klasik Islam, tarekat berkembang sebagai bentuk praktik tasawuf yang terorganisir. Munculnya tarekat-tarekat ini berkaitan erat dengan kebutuhan spiritual umat Islam untuk mendapatkan bimbingan dalam mendekatkan diri kepada Allah secara lebih mendalam, di luar praktik syariat yang bersifat lahiriah. Melalui bimbingan seorang guru spiritual (mursyid), para pengikut tarekat (salik) menempuh perjalanan batin dengan melakukan dzikir, wirid, riyadah (latihan spiritual), dan mujahadah (pengendalian hawa nafsu).

Di dunia Islam, ada banyak tarekat yang berkembang dengan cara dan metode yang berbeda, tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah. Di Indonesia, tarekat berkembang dengan cepat seiring masuknya agama Islam dan berperan penting dalam kegiatan menyebarkan agama serta membentuk budaya keagamaan masyarakat. Tidak hanya jenis-jenisnya yang menarik untuk dipelajari, tetapi juga tokoh-tokoh besar dalam sejarah tarekat yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan spiritual Islam. Masih banyak masyarakat yang memiliki pemahaman terbatas atau bahkan keliru mengenai tarekat. Sebagian melihatnya hanya sebagai ritual keagamaan tertentu, bahkan ada yang menganggapnya menyimpang dari ajaran Islam. Padahal, tarekat memiliki landasan kuat dalam Al-Qur’an dan Hadis, serta telah menjadi bagian penting dalam sejarah peradaban Islam.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penting untuk menggali lebih dalam mengenai pengertian tarekat, macam-macam tarekat yang ada di dunia Islam, serta tokoh-tokoh penting yang mempengaruhi perkembangan tarekat. Guna memberikan pemahaman yang komprehensif serta menghindari kesalahpahaman terhadap ajaran tasawuf dan tarekat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah ini adalah : 

Apa yang dimaksud dengan tarekat ?

Bagaimana macam-macam tarekat ? 

Apa saja tokoh-tokoh dalam tarekat ?

Tujuan 

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan masalah ini adalah : 

Untuk Mendeskripsikan pengertian tarekat.

Untuk mengetahui bagaimana macam-macam tarekat.

Untuk mengetahui apa saja tokoh-tokoh dalam tarekat.

BAB II

PENDAHULUAN

Pengertian Tarekat

Secara etimologi, kata tarekat adalah berasal dari bahasa Arab Thariqah (yang bentuk jama’nya menjadi thuruq atau thara’iq) yang berarti jalan ataau metode atau aliran (madzhab). Secara terminologi, tarekat adalah jalan untuk mendekatkaan diri kepaada Allah SWT dengan tujuan untuk sampai (wushul) kepada-Nya. Sedangkan menurut istilah tasawuf, tarekat berati perjalanan seorang salik (pengikaat tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri; atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seeorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan. Tarekat merupakan metode yang harus ditempuh oleh seorang sufi dengan aturan-aturan tertentu sesuai dengan petunjuk guru atau Mursyid (Guru Tarekat) masing-masing, agar berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. 

Ada dua ulama telah memberikan definisi mengenai tarekat, antara lain:

Aboebakar Atjeh: Tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, serta dilaksanakan oleh sahabat dan tabi’in secara turun-temurun hingga kepada para guru secara berantai.

Al-Taftazani: Tarekat diartikan sebagai sekumpulan sufi yang berkumpul dengan seorang syaikh tertentu, tunduk pada aturan-aturan terperinci dalam tindakan spiritual, hidup secara berkelompok di ruang-ruang peribadatan, atau berkumpul dalam momen-momen tertentu, serta membentuk majelis-majelis ilmu dan zikir secara terorganisir.

Oleh karena itu, Selamanya tarekat harus mengacu pada Nabi, para sahabat, dan para pengikutnya. Dengan kata lain, tarekat harus dibangun di atas fondasi hukum Syariah.​ Salah satu unsur pokok dalam dunia tarekat adalah hadirnya seorang syekh yang bertugas membimbing para santrinya. Para syekh ini harus memenuhi kriteria tertentu, seperti: memiliki pemahaman yang kuat tentang Syariah, menjauhi segala hal yang dilarang, menjalani hidup sederhana, dan merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Unsur penting laiinya bai’at (janji setia) antara murid daan syaikhnya, yaitu merupakan salah satu tali pengikat agar dapat istiqamah (kosnsisten) dalam menempuh jalan menuju Allah SWT. Selain itu, ada juga tata pengamalannya, yaitu wirid, atau dzikir, ratib, muzikk, menari, bernapas, dan sebagainya. Hal tersebut harus mengacu pada ketentuan syari’at. Abu Bakar Aceh memberikan penjelasan bahwa syari’at merupakan peraturan, tarekat merupakan pelaksanaan, hakekat merupakan keadaan.

Tarekat merupakan fenomena keagamaan yang menarik karena kesanggupannya menjaga kelangsungan ajarannya dari waktu ke waktu, dari situasi ke situasi yang lain. Bahkan peran tarekat atau sufisme sangat besar dalam penyebaran Islam di Indonesia. Tarekat atau tasawuf sebagai salah satu perwujudan ajaran islam, mengandung simbol-simbol dan cara-cara bersikap yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang merasakannya.

Macam-Macam Tarekat

Terdapat banyak macam macaam tarekat dan organasasi dindonesia baik itu besifat lokal maupun internasional yang mencakup shiddiqiyah. Dengan adanya organisasi khsus yang melakukan perhatianya kepada tarekat tarekat yang ke shahihan nya telah diselidiki. Adapun hasil dari perhatian yang diberikan oleh organisasi tersebut. Maka, munculah tarekat muktabaroh yang merupakan hasil dari hal tersebut. Adapun tarekat-tarekat yang berkembang sebagai tarekat internasional yang muktabaroh diantaranya adalah:

Tarekat Qadariyyah

Pendiri Tarekat Qadiriyah adalah Syeikh Abduk Qadir Jailani, seorang ulama yang zahid, pengikut mazhab Hambali. Ia mempunyai sebuah sekolah untuk melakukan suluk dan latihan latihan kesufian di Baghdad. Pengembangan dan penyebaran Tarekat ini didukung oleh anak anaknya antara lain Ibrahim dan Abdul Salam. Thoriqoh Qodariyah berpengaruh luas di dunia timur. Pengaruh pendirinya ini sangat banyak meresap di hati masyarakat yang dituturkan lewat bacaan manaqib. Tujuan dari bacaan manaqib adalah untuk mendapatkan barkah, karena abdul Qadir jailani terkwenal dengan keramatnya. Dasar pokok ajaran Thariqoh Qadariyah yaitu:

Tinggi cita-cita.

Menjaga kehormatan. 

Baik pelayanan.

Kuat pendirian. 

Membesarkan nikmat Tuhan

Tarekat Sadzilliyah 

Pendiri Tarekat Sadziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy-Syazili, seorang ulama dan sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia dilahirkan pada 573 H di suatu desa kecil di kawasan Maghribi. Ali Syazili terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang yang mengenalnya, konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya telah tampak sejak ia masih kecil. Pokok ajaran Thoriqoh Sadziliyah yaitu: 

Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai.

Mengikutu sunnah dalam segala perbuatan dan perkataan.

Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dan membelakang.

Ridho dengan pemberian Allah sedikit atau banyak.

Kembali kepada Allah baik senang maupun sedih. 

Tarekat Naqsabandiyah

Pendiri Thoriqoh Naqsabandiyah ialah Muhammad bin Baha’uddin Al-Huwaisi Al Bukhari (717 791 H). Ulama sufi yang lahir di desa Hinduwan – kemudian terkenal dengan Arifan. Pendiri Thorikoh Naqsabandiyah ini juga dikenal dengan nama Naksyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata ‘Uwais’ ada pada namanya, karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu mendapat pendidikan kerohanian dari wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani yang juga murid Uwais dan menimba ilmu Tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad Baba Al-Sammasi. Thoriqoh Naqsabandiyah mengajarkan zikir-zikir yang sangat sederhana. Pokok-pokok ajaran Thoriqoh Naqsabandiyah:

Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah.

Meninggalkan Rukhshah.

Memilih hukum yang azimah.

Senantiasa dalam muraqabah

Tetap berhadapan dengan Tuhan

Senantiasa berpaling dari kemegahan dunia.

Menghasilkan makalah hudur (kemampuan menghadirkan Tuhan dalam hati)

Tarekat Khalwatiyah

Tarekat khalwatiyah didirikan oleh zahiruddin di Khurusan dan merupakan cabang dari tarekat suhrawadi yang didirikan oleh Abdul Qadir Khalwati al makasari pada masa pemerintahan sultan agung tirtayasa. Tarekat ini sangat banyak pengikutnya di Indonesia, dimungkinkan karena suluk dari tarekat ini sangat sederahana dalam pelaksanaanya. Untuk membawa jiwa ketingkat yang lebih tinggi melalui tujuh Tingkat yaitu peningkatan dari nafsu amarah, lawwamah, mutmainah, rodiah, mardiah dan nasfu Kamilah.

Tarekat Syatariyah

Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdullah al syatar di India. Ia wafat pada tahun 1429 M. dari india tarekat ini menyebar ke Mekkah dan dibawa oleh syekh akhmad al-Qusosi dan syeikh ibrahim Al-khurani dari kedua syekh ini tarekat syatariyah diajarkan kepada syekh abdul ro’uf singkel dari Indonesia. Syekh Abdul rouf as-singkel menyebarkan tarekat syatariyah pertama kali di Aceh dan kemudian meneyebar ke Selatan Sumatra ke Jawa Barat melaui Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kemudian melalui murid-murid tarekat ini menyebar ke daerah seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan sekitarnya.

Tarekat Sammaniyah

Tarekat Sammaniyah di dirikan oleh syekh abdul al-karim as-saaman di Madinah. Tarekat ini di sebarkan di Indonesia oleh syekh abdul as-samand Al-Palimbany. Ia memperoleh pengajaran tarekat ini langsung dari pendirinya di Madinah. Syekh abdul as-samand Al-Plimbany menyebarkan tarekat ini ke Palembang sampai ke Aceh.

Para pengikut tarekat ini bisa berddzikir dengan suara keras dan melengking. Sewaktu melantunkan dzikir la illa ha illallah dalam intensitas yang semakin cepat sehingga terdengan dari mulut hanya lafadz “hu” yang artinya dia Allah. Tarekat ini mengajar para pengikutnya untuk memperbanyak sholat dan dzikir, menolong orang miskin, tidak perbudak oleh kesenangan duniawi, menukar akal basyariyyah dengan rabbaniyah dan beriman secara tulus hanya kepada Allah. 

Tarekat Tijaniyyah

Tarekat tijaniyyah di dirikan oleh syekh abu al abbas ahmad ibn Muhammad ibn mukhtar at-Tijani dari al-jazair. Tarekat ini dibawa ke Indonesia oleh Anas buntet Cirebon pada tahun 1921. Ia mendapatkan tarekat ini dari syekh alfa Hasyim dan syekh ali ibn abd Allah Al-Tayyib di Madinah. Kehadiran tarekat tijanjiyyah mendapatkan perlawanan yang cukup keras dari penganut tarekat lainnya. Pertentangan ini terutama menyangkut ajaran-ajaran dan ucapan para guru tarekat ini dianggap menyimpang. Namun akhirnya Muktamar NU ke-6 di Cirebon pada tahun 1931 tarekat tersebut dinyatakan mu’tabar.

Tokoh-Tokoh Tarekat

Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah dalam bentuk Islam sufisme. Pengaruh sufisme pada masa itu sangat kuat karena beberapa alasan. Pertama, pada abad ke-2 Hijriyah (abad ke-9 Masehi), Islam mengalami kemunduran, dan baru kembali berjaya pada abad ke-7 Hijriyah (abad ke-13 Masehi) berkat usaha para tokoh tasawuf dan pemimpin tarekat yang melakukan dakwah. Kedua, Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan dengan India dan Iran, dua negara yang memengaruhi budaya Hindu dan mistisme. Dengan dua alasan tersebut, pengaruh cara beragama sufisme sangat besar. Kemudian, para guru sufi dan tokoh mistik mulai masuk ke daerah pedalaman Jawa pada awal abad ke- 16 dengan metode dakwah yang khas. 

Ketika orang-orang asli Nusantara mulai menerima agama Islam, pemikiran Islam yang mereka terima dipengaruhi oleh tasawwuf. Pemikiran para sufi besar seperti Ibn al-Arabi dan Abu Hamid al-Ghazali sangat memengaruhi pengalaman para muslim pertama di Nusantara. Karena pengaruh tasawwuf ini, penduduk Nusantara dengan mudah menerima Islam, terlebih lagi para ulama generasi pertama juga ikut serta dalam sebuah tarekat. Hawash Abdullah menjelaskan bahwa ada beberapa bukti yang menunjukkan peran besar para sufi dalam menyebarkan Islam di Nusantara. Ia menyebutkan tokoh sufi bernama Syekh Abdullah Arif yang pertama kali menyebarkan Islam di Aceh sekitar abad ke-12. Berikut akan dikemukakan beberapa tokoh tasawwuf dalam penyebaran Islam : 

Hamzah Fansuri 

Hamzah Fansuri dilahirkan di kota Barus, sebuah kota yang oleh seorang Arab pada zaman dahulu dinamai Fansur. Itulah sebabnya kemudian disebut Fansuri. Kota fansur tepatnya terletak di pantai barat Provinsi Sumatera Utara, diantara Singkil dan Sibolga. Tidak diketahui dengan pasti tentang tahun kelahiran dan kematian Hamzah fansuri, tetapi masa hidupnya diperkirakan sebelum tahun 1630-an. Hal ini didasari karena Syamsuddin Pasai (Sumatrani) yang menjadi muridnya atau pengikutnya dan komentator buku dalam Syarh Rub Hamzah Fansuri, meninggal pada tahun 1630. Namanya tercatat sebagai seorang kaliber besar dalam perkembangan Islam di Nusantara dari abadnya hingga ke abad ini. Dalam buku-buku sejarah mengenai Aceh, namanya selalui diuraikan dengan panjang.

Syekh Hamzah Fansuri hidup antara pertengahan abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Ia hidup sampai akhir masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607–1636) dan mungkin meninggal beberapa tahun sebelum kedatangan Nurudin Ar-Raniri yang kedua kalinya ke Aceh pada tahun 1637. 

Syekh Hamzah sangat aktif mengajarkan ilmu tasawuf berdasarkan keyakinannya. Ada cerita yang menyebutkan bahwa ia pernah sampai ke seluruh semenanjung dan menyebarluaskan ajaran tasawuf ke negeri-negeri seperti Perak, Perlis, Kelantan, Terengganu, dan lainnya. 

Selanjutnya ia mengungkapkan bahwa walaupun manusia sebagai tingkat terakhir dari penjelmaan, tapi ia adalah tingkat yang paling penting dan merupakan penjelmaan yang paling penuh dan sempurna. Ia adalah aliran atau pancaran langsung dari Dzat yang mutlak. Ini menunjukkan adanya semacam kesatuan antara Allah dan manusia. Manusia sebagai makhluk penjelmaan yang sempurna dan berpotensi untuk menjadi insan kamil (manusia sempurna), tetapi karena ia lalai, pandangannya kabur dan tiada sadar bahwa seluruh alam semesta ini adalah palsu dan bayangan.

Nuruddin Ar-Raniri

Nama lengkapnya adalah Nuruddin Muhammad Ibn Ali ibn Hasanji ibn Muhammad ar-Raniri. Silsilah keturunannya berasal dari India, keturunan Aceh. Dipanggil Ar-Raniri karena dilahirkan di daerah Ranir (Rander) yang terletak dekat Gujarat, India pada tahun yang tidak diketahui. Ia meninggal pada 22 Dzulhijjah 1096 H/21 September 1658 M di India. Pendidikannya dimulai dengan belajar di tempat kelahirannya, kemudian dilanjutkan ke Tarim (Arab Selatan). Dari kota ini ia kemudia pergi ke Mekkah pada tahun 1030 H/ 1583 M untuk melaksanakan ibadah haji dan ziarah ke Madinah.

Menurut catatan Azyumardi Azra, Ar-Raniri merupakan tokoh pembaharuan di Aceh. Ia mulai melancarkan pembaharuan Islamnya di Aceh setelah mendapat pijakan yang kuat. Di Istana Aceh, Pembaharuan utamanya adalah memberantas aliran wujudiyyah yang dianggap sebagai aliran sesat. Ar-Raniri dikenal pula sebagai seorang syekh Islam yang mempunyai otoritas untuk mengeluarkan fatwa menentang aliran wujudiyah ini. Bahkan, lebih jauh, ia mengeluarkan fatwa yang mengarah kepada semacam perburuan terhadap orang-orang sesat.

Pemikiran Nuruddin Ar-Raniri benar-benar berdampak besar di seluruh Nusantara. Karena itu, perannya dalam perkembangan Islam di wilayah Melayu Indonesia tidak bisa diabaikan. Ia memainkan peran penting dalam membawa tradisi Islam sunni ke daerah ini, sekaligus mencegah pengaruh lokal yang kuat masuk ke dalam Islam. Meskipun peran ulama sebelumnya juga penting, Ar-Raniri adalah satu bagian yang sangat kuat dalam menghubungkan tradisi Islam di Timur Tengah dengan tradisi Islam di Nusantara. Jelas, ia adalah salah satu tokoh penting dalam menyebarluaskan Islam di Nusantara. 

Syekh Abdur Rauf As-Sinkili

Tokoh utama dan mufti besar kerajaan Aceh pada abad ke-17 (1606-1637) ini bernama lengkap Abdur Rauf bil Ali al-Jawi al-fansuri as-Sinkili. Tahun kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Namun, ada yang menyebutkan pada tahun 1024 H / 1615M. As Sinkili sempat menerima ba’iat tarekat syattariyah di samping ilmu-ilmu sufi yang lain, termasuk sekte dan bidang ruang lingkup ilmu yang ada hubungan dengannya. Abdur Rauf As-Sinkili adalah ulama Aceh yang berupaya “mendamaikan” ajaran martabat-martabat alam tujuh yang dikenal di Aceh sebagai faham wahdatul wujud atau wujuditah (patheisme) dengan faham sunnah. Tetapi, beliau tetap menolak faham wujudiyyah yang menganggap adanya penyatuan antara Tuhan dan hamba. Ajaran inilah yang keudian dibawa oleh muridnya, Syekh Abdul Muhyi Pamijahan ke Jawa.

Pemikiran tasawuf As-Sinkili bisa dilihat dalam isu menggabungkan tasawuf dengan syariat. Meskipun demikian, ajaran tasawuf yang diajarkan As-Sinkili mirip dengan Syamsudin As-Sumatrani dan Nuruddin Ar-Raniri, yaitu percaya bahwa satu-satunya wujud yang benar-benar nyata adalah Allah. Alam yang diciptakan-Nya bukanlah wujud yang nyata, melainkan bayangan dari wujud yang nyata tersebut. Dengan demikian, menurut As-Sinkili jelas bahwa Allah berbeda dengan alam. Meski demikian, antara bayangan (alam) dan yang memancarkan bayangan (Allah) memiliki kesamaan. Sifat-sifat manusia adalah bayangan-bayangan Allah, seperti: hidup, mengetahui, dan melihat. Pada hakikatnya, setiap perbuatan manusia adalah perbuatan allah.

Ajaran tasawuf Sinkili lainnya berkaitan dengan tingkatan penciptaan. Menurutnya, ada tiga tingkatan penciptaan : 

ingkatan ahadiyah atau la ta’atun, di mana pada masa itu, alam masih merupakan sesuatu yang gaib dan hanya diketahui oleh Tuhan.

Tingkatan wahdah atau ta’ayun awwal, di mana sudah terbentuk haqiqat muhammadiyah, yang merupakan potensi untuk munculnya alam. 

Tingkatan wahidiyyah atau ta’ayyun tsani, yang juga disebut a’yaan ats-tsabitah, dan dari tingkatan ini lah alam terbentuk. 

Syekh Yusuf Al-Makassari

Ia lahir pada tanggal 8 Syawal 1036 H, yang bersamaan dengan 3 Juli 1629 M. Dalam salah satu karya yang ditulisnya, ia menuliskan nama belakangnya dalam Bahasa Arab yaitu “Al Makassari”, yang merupakan nama kota di Sulawesi Selatan. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan rasa cintanya terhadap ilmu keislaman. Syekh Yusuf pernah melakukan perjalanan ke Yaman, di mana ia menerima tarekat. Ia mempelajari tarekat tersebut cukup banyak, bahkan mungkin sulit menemukan ulama yang mempelajari dan menerapkan tarekat sebanyak yang dilakukannya, baik pada masa hidupnya sendiri maupun di masa kini.

Ajaran-ajaran tasawwuf Syekh Yusuf mencakup tiga hal utama sebagai berikut : 

Syariat dan Hakikat : mengatakan bahwa agama Islam terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar (syariat) dan bagian dalam (hakikat). Keduanya harus dipandang dan diteguhkan sebagai satu kesatuan.

Transendensi Tuhan : meyakini bahwa Tuhan ada di mana-mana dan selalu dekat dengan manusia. Untuk menjelaskan hal ini, ia menggunakan dua istilah, yaitu al-lhathoh dan al-ma’iyyah. Istilah tersebut menunjukkan bahwa Tuhan turun (tanazul) dan manusia naik (taraqi), proses spiritual yang membuat keduanya semakin dekat. Pandangannya tentang Tuhan mirip dengan konsep wahdat al-wuj

Insan kamil dan proses penyucian jiwa : mengatakan bahwa seorang hamba akan tetap hamba walaupun telah naik derajatnya, dan Tuhan akan tetap Tuhan walaupun turun pada diri hamba. Dalam proses penyucian jiwa, ia menempuh cara yang moderat.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan 

Tarekat adalah sebagai hasil pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh para murid, yang dilakukan dengan aturan atau cara tertentu dan bertujuan untuk lebih mendekatkan diri pada Allah Swt. Dalam perkembangannya tarekat itu kemudian digunakan sebagai nama sekelompok mereka yang menjadi pengikut bagi seorang syekh yang mempunyai pengalaman tertentu dalam cara mendekatkan diri kepada Allah dan cara memberikan tuntutan dan bimbingan pada muridnya. Dalam memberi nama suatu kelompok tarekat dengan suatu ajaran tertentu dalam mendekatkan diri pada Tuhan itu dan dalam caramemberikan latihan-latihan selalu dinisbahkan kepada nama seorang syekh yang dianggap mempunyai metodhe dan pengalaman yang khusus.

Di Indonesia terdapat beberapa tarekat yang telah tersebar ke beberapa daerah seperti: Qadiriyah, Naqsabandiyah, Khalawatiyah, Syatariyah, Sammaniyah, Tijanniyah, dan lain-lain.

Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah dalam bentuk Islam sufisme. Pengaruh sufisme pada masa itu sangat kuat karena beberapa alasan. Pertama, pada abad ke-2 Hijriyah (abad ke-9 Masehi), Islam mengalami kemunduran, dan baru kembali berjaya pada abad ke-7 Hijriyah (abad ke-13 Masehi) berkat usaha para tokoh tasawuf dan pemimpin tarekat yang melakukan dakwah. Kedua, Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan dengan India dan Iran, dua negara yang memengaruhi budaya Hindu dan mistisme. Terdapat beberapa tokoh-tokoh yang masuk dalam penyebaran islam sebagai berikut yakni : Hamzah al-fansuri, Naruddin ar-raniri, Syekh abdur naufas as-sinkili, Syekh yusuf al-makassari, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir, (2002). Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qodiriyah-Naqsabandiyah di Pulau Jawa. Bandung: Pustaka Hidayah

Tarekat Khalwatiyah, Wikipedia Enksiklopedia, 13 September 2023, https://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat_Khalwatiyah 

TASYA FUSFITA DEWI, 2023, MAKALAH PENGERTIAN TAREKAT DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA, hal 7-8, https://www.scribd.com/document/745421802/MAKALAH-TAREKAT 

Hadi, Abdul. (2022). Peran tokoh tasawuf dan tarekat Nusantara dalam dakwah moderat. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, Vol. 20 (N0.1)

Rian Subandi, 2023, MAKALAH TAREKAT DAN SEJARAHNYA, hal 7-8 e872a-makalah-akhlaq-tasawuf.pdf

Mengenal Makna Tarekat Dalam Tasawuf, Harakatuna, 23 Desember 2021, https://www.harakatuna.com/mengenal-makna-tarekat-dalam-tasawuf.html



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Advertisement

Advertisement