Khutbah Juma'at Ramadhan I Empat Amalan Utama di Bulan Ramadhan
4 (empat)
Amalan Utama dibulan Ramadhan
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَذِى جَعَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرَ الْخَيْرَاتِ وَالْبَرَكَةِ شَهْرَ الطَّاعَاتِ وَالْمَبَرَّاتِ شَهْرَ الصّيَامِ وَالْقِيَامِ وَأشْهَدُ أنْ لا اِلهَ اِلااللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنْفَرِدُ بِالْوَحْدَانِيّةِ وَالْقُدْرَةِ الّذِى فَضَّلَ بَعْضَ الشُّهُوْرِ وَالاَيَّامِ عَلَى بَعْضٍ وَجَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ مِنَ الشُّهُوْرِالْعِظَامِ وَأيَّامَهُ مِنَ الايَّامِ الْكِرَامِ وَأشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى أرْسَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اللّهُمَّ صَلِّ وِسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ لِقَاءِ رَبِّهِمْ.
فقد
قال الله تعالى في كتابه الكريم: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ
شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا
يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ
عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
أمَّا
بَعْدُ،
فَيَا
أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Mumpung Ramadhan Masih ada pada 10 Kedua sejenak marilah
Kita sekalian merencanakan amalan-amalan utama kita di bulan Ramadhan.
Setiap kali Ramadhan tiba, hati kita
bersuka-cita. Betapa tidak, Rasulallah SAW berpesan,
أَتَاكُمْ
رَمَضَانُ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ،
تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ،
وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian Bulan
Ramadhan bulan yang penuh berkah. ALLAH wajibkan kepada kalian puasa dibulan
ini. (Di bulan ini), akan dibukakan pintu-pintu langit, dan di tutup pintu
neraka, serta setan-setan dibelenggu. Demi ALLAH, di bulan ini terdapat satu
malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Siapa yang terhalangi untuk
mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan
kebaikan”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Selain berpuasa sebagai amalan utama kita di bulan
Ramadhan, bulan ini juga dipenuhi keberkahan amalan-amalan lainnya. Pada kesempatan
khutbah yang singkat ini, selaku khatib, saya akan membahas empat amalan utama
agar kita mampu mengoptimalkan bulan Ramadhan yang masih tersisa ini sebaik-baiknya.
Pertama: Ramadhan adalah bulan al-Qur’an.
Allah SWT menegaskan,
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ... (البقرة 185)
“Bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil) (QS al-Baqarah: 185).
Karena al-Qur’an adalah petunjuk
Ilahi, maka ketika semua buku dimulai dengan permohonan maaf penulisnya,
khawatir ada salah sumber atau salah ketik, al-Qur'an memulainya dengan
pernyataan yang sangat tegas, “tak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa”.
Sayangnya, seringkali kita merasa
sudah sangat menguasai al-Qur'an, padahal membacanya saja masih malas. Maka,
Ramadhan ini kesempatan untuk mengulang bacaan kita.
Rasulallah SAW pernah meminta Ibnu
Mas’ud untuk membacakan al-Qur’an baginya. Ibnu Mas'ud berkata, “bagaimana aku
bacakan al-Qur'an sementara ia turun padamu?” Rasulallah SAW menjawab, “aku
senang mendengarnya dari (orang) lain.”
Demi mendengar bacaan Ibnu Mas'ud,
Rasulallah SAW menitikan air mata dan meminta Ibn Mas'ud untuk menghentikan
bacaannya. Ayat yang membuat beliau SAW menangis adalah:
فَكَيْفَ
إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ
شَهِيدًا (ألنساء 41)
“Maka bagaimanakah (halnya orang
kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap
umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad SAW) sebagai saksi atas mereka itu
(sebagai umatmu)”. (QS An-nisa: 41)
Beliau SAW kemudian berkata, “siapa
orang yang ingin membaca al-Qur'an seperti saat diturunkan, bacalah sesuai
bacaan Ibnu Umi Abdi (Abdullah bin Mas'ud)”.
Karena itulah, Khalid bin Walid,
salah seorang sahabat Nabi SAW, setiap kali mengambil mushaf al-Qur'an, ia
menitikan air mata menangis seraya berkata, “Aku sibuk (hingga tak sempat
membacamu) karena jihad”. Bayangkan, Khalid bin Walid menangis karena sibuk
berjihad. Sementara kita?
Bagi kalangan awam, Ramadhan menjadi
momen membaca al-Qur’an, memperbaiki tilawah dan meluruskan ilmu tajwid.
Studi tentang al-Qur'an memang
selalu menarik. Contoh sederhana, tentang sejarah kodifikasi dan proses
pembukuannya. Mushaf yang sampai ke tangan kita dikenal dengan istilah mushaf
rasm Utsmani. Dinamakan demikian sebab kodifikasi final al-Qur'an baru
dilakukan di zaman Utsman bin Affan. Dan disebut "rasm" bukan
"kitabah" karena tulisan Arab sesungguhnya adalah proses melukis,
bukan menulis.
Sahabat Nabi yang lain, semisal Ibn
Mas'ud (ra) sebagaimana dikisahkan di atas dan Ubay bin Kaab (ra) memiliki
mushaf sendiri dengan susunan yang berbeda dari mushaf Utsmani. Ibn Mas'ud,
misalnya. Dia tidak memasukkan surah "al-fatihah", "An-Nas"
dan "al-Falq" dalam daftar surah di mushafnya. Para Orientalis
seperti Arthur Jeffrey (The Qur'an as a Scripture) dan Theodore Noldek, (The
Origin of the Koran) menyimpulkan perbedaan mushaf Ibn Mas'ud dengan
mushaf-mushaf sahabat Nabi lainnya, membuktikan ada "campur tangan
kekuasaan" dalam menentukan surah-surah dalam al-Qur'an.
Sementara, ulama Islam seperti
al-Qurtubi menyimpulkan, tidak dimasukannya ketiga surah pendek itu dalam
mushaf Ibn Mas'ud sebab para sahabat Nabi sudah menghafalnya di luar kepala.
Lagi pula, Ibn Mas'ud (ra) adalah sahabat Nabi yang mengatakan, "aku
belajar al-Qur'an sebanyak 70 surah langsung dari Rasulallah SAW." Jadi,
al-Qur'an yang dikodifikasi Ibn Mas'ud lebih merupakan koleksi pribadi
ketimbang untuk dibaca publik.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Kedua: Ramadhan adalah bulan Qiyamul
Lail.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
berkata,
مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa melakukan qiyam
Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.” (HR. Bukhari Muslim).
Maksud dari kata “qiyam Ramadhan”
adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh para ulama. Pada
mulanya, shalat taraweh ditunaikan sendiri-sendiri.
Rasulallah SAW khawatir, jika
ditunaikan berjamaah maka hukumya akan wajib. Oleh sebab itu, beliau
menunaikannya sendirian. Lalu, di zaman Umar bin Khattab, taraweh ditunaikan
secara berjamaah mengingat orang-orang sudah mulai Malas untuk menunaikan
taraweh karena sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Ubay bin Ka’ab salah satu sahabat
Rasulallah SAW menjadi imam shalat pertama pada taraweh berjamaah di era Umar
bin Khattab itu.
Biasanya, Rasulallah SAW menutup
shalat tarawehnya dengan shalat witir. Ketika Rasulallah SAW ditanya, "Doa
(di waktu apa) yang paling didengar (Allah)?". Beliau SAW menjawab, “pada
penghujung malam”.
Aisyah menceritakan:
مِنْ
كُلِ اللَيْلِ قَدْ أوْتَرَ رَسُولُ اللهِ صَلىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم
فَانْتَهَى وِتْرُهُ إلىَ السَحْر
“Pada setiap malam, Rasulallah SAW
menunaikan shalat witr, dan shalatnya berakhir sampai waktu sahur
(remang-remang)”.
Shalat malam mengajarkan kita untuk
khusyu dan tawadhu. Di era gadget dan media sosial, saat setiap kita mudah
sekali up-date status, shalat malam seharusnya mampu mengajarkan kita untuk
tidak show-up, pamer kepada banyak orang.
Imam Ibnul Qayyim mengingatkan,
قَدْ
قَالَ أحَدُ الصَالِحِين : لآنْ اَبيت نَائِمَا وَاصْبَحَ نَادِيمَا خَيرٌ مِن
أبيتَ قَائِمَا وَاصبَحَ مُعْجِبَا
dan sungguh telah berkata salah
seorang yang shaleh, "bahwa engkau tertidur di malam hari (sehingga tidak
tahajud) dan menyesal di pagi hari adalah lebih baik dari pada kau tahajud di
malam hari, dan berbangga (dengan tahajud itu) di pagi hari"
Shalat yang khusyu akan mengantarkan
pertolongan dan kasih sayang Allah. Dikisahkan suatu malam, seorang pencuri
masuk ke rumah Malik bin Dinar. Pencuri itu mencari-cari emas dan perak yang
dimiliki sang Imam. Namun, dia tak mendapati apa-apa, kecuali sang imam yang
tengah qiyamul lail.
Selepas mengucap salam, Imam Malik
memergoki pencuri yang tengah mengintip itu. Disapanya: "Engkau ingin
mencuri harta, hanya memberimu kebahagiaan dunia. Sudahkah kau curi waktu malam
untuk menyiapkan kebahagiaan akherat?".
Pencuri itu tertegun. Ia kemudian
duduk bersila, mendengarkan tausiyah sang Imam. Saat masuk waktu shubuh, Malik
bin Dinar dan pencuri itu keluar rumah, mereka menuju masjid bersama-sama.
Masyarakat geger. Mereka berkata, "Imam paling mulia berjalan ke masjid
dan shalat berjamaah bersama pencuri paling utama". Orang-orang bertanya:
"apa rahasianya".
Malik bin Dinar pun menjawab,
"ketuklah pintu langit, sebab Dia-lah yang menggenggam hati manusia".
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Ketiga: Ramadhan adalah juga bulan
sedekah.
Rasulullah SAW adalah seorang yang
paling pemurah dan di bulan Ramadhan beliau lebih pemurah lagi. Kebaikan
Rasulullah SAW di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu
cepat dan banyaknya.
Dalam sebuah hadits, Rasulallah SAW
mengatakan, “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan.” (HR.
Baihaqi). Dan bersedekah tidak harus menunggu kaya.
Suatu hari, Rasulallah SAW berkata,
سبق
درهم مئة ألف درهم فقال رجل وكيف ذاك يا رسول الله قال: رجل له مال كثير أخذ من
عرضه مئة ألف درهم تصدق بها ورجل ليس له إلا درهمان فأخذ أحدهما فتصدق به
"(Pahala sedekah) satu dirham
mengalahkan seratus ribu dirham”. Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana mungkin,
ya Rasulallah?”. “(Bandingkan) seorang kaya raya yang memiliki banyak harta,
dia mengambil seratus ribu dirham dari hartanya dan bersedekah dengannya. Lalu
ada seorang miskin yang hanya punya dua dirham, dan dia bersedekah dengan satu
dari dua dirham itu”.
Karena itulah, Ali bin Abi Thalib
berkata, “Jangan malu bersedekah walaupun sedikit. Sebab, kebaikan itu
(dinilai) pada pemberiannya walaupun sedikit”.
Dikisahkan, seseorang bertanya
kepada Ali bin Abi Thalib, "Bagaimana untuk mengetahui seseorang itu
"ahli dunia" atau "ahli akherat"?" Ali bin Abi Thalib
menjawab, "Jika ada dua orang (tamu) datang, satu orang (tamu) membawa
hadiah, dan satu lagi meminta sedekah. Bila hati tuan rumah lebih condong pada
pembawa hadiah, maka dia termasuk ahli dunia. Apabila hati tuan rumah lebih
condong pada orang yang meminta sedekah, maka dia termasuk ahli akherat.
Karena itu pula, Ibnul Qayyim
mengatakan,
لَوْ
عَلِمَ الْمُتَصَدِقُ حَقّ الْعِلْمَ وَتَصَوُرَ أنَ صَدَقَتُهُ تَقَعَ فِي ( يَدِ
اللَهِ ) قَبْلِ يَدِ الفَقِيرِ ، لَكَانَتْ لَذّةُ المُعْطِي أكْبَرَ مِنْ لَذَةِ
الآخِذِ
Seandainya seorang pemberi sedekah
mengetahui dan melihat dengan sebenarnya bahwa sedekahnya telah sampai (ke
tangan Allah) sebelum sampai ke tangan orang miskin, niscaya rasa bahagia yang
dirasakan seorang pemberi sedekah lebih besar dari rasa bahagia penerima
(sedekah) itu.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Keempat: Ramadhan adalah bulan
taubat. Rasulallah SAW berkata,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ، فَإِنِّي أَتُوبُ
إِلَى اللَّهِ، وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai umat manusia bertaubatlah
kalian. Sesungguhnya aku bertaubat seratus kali dalam sehari-semalam”. Bila pada
hari-hari biasa kita dianjurkan bertaubat. Maka, taubat di bulan Ramadhan tentu
lebih baik adanya.
Mengapa taubat? Sebab manusia
makhluk yang lemah. Allah memberi jalan taubat sebagai wujud kasih sayang-Nya.
Bahkan Allah sangat senang dan bahagia bila ada manusia yang bertaubat.
Rasulullah SAW menggambarkan
kesenangan Allah SWT itu dengan bersabda, “Sungguh Allah akan lebih senang
menerima taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada (kesenangan)
seorang di antara kalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang
sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya
dan putuslah harapannya untuk memperoleh kembali. Kemudian, dia menghampiri
sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa
mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dalam keadaan demikian,
tiba-tiba dia mendapati untanya telah berdiri di hadapannya....” (HR Muslim).
Seringkali kita merasa bahwa dosa
yang kita lakukan hanya dosa-dosa kecil saja sehingga tak diperlukan bersegera
dalam bertaubat. Padahal, kata Ibnul Qayyim, jangan pernah meremehkan dosa-dosa
kecil. Lihatlah patok kayu di dermaga yang melilit tambang, ia bahkan dapat
menarik kapal.
Maka, tak ada kata lain bagi kita
kecuali segera bertaubat. Menarik untuk mengutip Ibnul Qayyim sekali lagi.
Katanya:
لَوْ
عَلِمَ الْعَاصِي أنَ لَذَةَ التَوْبَة تَزِيْد عَلَى لَذَةِ اْلمَعْصِيَةِ
أضْعَافََا مُضَاعَفَة لَبَادِر إلَيْهَا أعْظَمَ مِنْ مُبَادَرَتِهِ إلىَ لذَةِ
الْمَعْصِيَةِ.
“Sekiranya seorang pelaku maksiat
mengetahui bahwa kenikmatan bertaubat lebih dahsyat berlipat-lipat dari
kelezatan maksiat, niscaya dia akan bersegera menuju taubat lebih cepat dari
usahanya menggapai maksiat”
Semoga kita dapat mengisi hari-hari
di bulan suci ini dengan penuh keberkahan. Amin ys robbal alamain.
Demikian khutbah singkat ini, semoga
bermanfaat.
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ،. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ
اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ.. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سميع قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ،وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. ربّنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونننّ من الخـاسرين , رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَاعَذَابَالنَّارِ.عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبر