manajemen pengembangan
MANAJEMEN
PENGEMBANGAN
1- Pengembangan Kurikulum dan silabus
Standar Kurikulum Taman Pendidikan al-Qur'an
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 3 berbunyi: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang menigkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa". Atas dasar amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa strategi pertama dalam melaksanakan pembaruan sistem pendidikan nasional adalah " pelakasanaan pendidikan agama dan akhlak mulia".
Dalam hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 24 ayat 1 menyatakan bahwa: "tujuan pendidikan al-Qur'an adalah meningkatakan kemampuan peserta didik membaca, menulis, memahami, dan mengamalkan kandungan al-Qur'an". Pendidikan al-Qur'an terdiri dari:
a. Taman Kanak-kanak Al-Qur'an (TKQ).
b. Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ).
c. Ta'limul Qur'an lil Aulad (TQA).
d. Dan bentuk lain yang sejenis.
Sedangkan kurikulum pendidikan al-Qur'an adalah membaca, menulis, dan menghafal ayat-ayat al-Qur'an, tajwid serta menghafal do'a-do'a utama yang tertulis dalam pasal 24 ayat 5.
Metode Pengajaran TPQ
Metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan, yaitu untuk mennyampaikan sebuah materi kepada anak didik. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam menyampaikan baca tulis al-Qur’an, pada dasarnya semua metode yang digunakan adalah agar anak bias menyenangi materi yang diberikan dan agar anak suka belajar.
Di bawah ini akan dikemukan beberapa metode didalam pengebangan pengajaran al-Qur’an, karena sebenarnya banyak sekali metode yang telah berkembang di Indonesia, diantaranya adalah:
1. Metode al-Barqy
Metode ini disusun oleh Muhadjir Sulthon yang dikembangkan pertama kali di Surabaya. Pengajaran metode ini dikenal dengan pendekatan global atau Gestald psikologi yang bersifat analistik sintetik (SAS).
Yang dimaksud SAS ialah penggunaan struktur kata atau kalimat yang tidak mengikutkan bunyi mati/ sukun, dan menggunakan kata lembaga (struktur). Pada metode ini setelah santri mengenal dan dianggap bias pada pengenalan cara menulis, cara menulis ini diawali dengan meniru tulisan yang masih berupa titik-titik untuk ditebali dengan pensil, setelah dianggap baik dan bisa, baru melanjutkan untuk mengganti di kertas lain.
Metode ini tidak banyak memakan waktu bagi anak karena hanya diperlukan waktu 1 x 8 jam per minggu, sedangkan bagi remaja serta orang dewasa yang baik hanya diperlukan 1x6 jam per minggu.
2. Metode Iqra’ Klasikal
Di Indonesia, gerakan pemberantasan buta huruf al-Qur’an yang menggunakan metode iqra’ telah semarak dalam bentuk Taman Kanak-kanak al-Qur’an dan Taman Pendidikan al-Qur’an. Di sekolah dasar di Indonesia juga dikembangkan metode yang sesuai yang dapat mengantarkan murid mampu dalam membaca al-Qur’an dalam waktu yang relative singkat sesuai dengan keterbatasan jam pelajaran yang tersedia.
Metode ini disusun oleh salah satu team tadarrus AMM yaitu KH. As’ad Humam. Metode ini disusun sebagai kelanjutan dari metode sebelumnya, metode pertama kali dikembangkan didaerah Yogyakarta kemudian disebarkan ke daerah lain. Metode ini merupakan ringkasan dari metode iqra’ yang awalnya sampai 6 jilid kemudian diringkas menjadi satu buku yang tebal mencapai 61 halaman. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik cepat bisa membaca al-Qur’an. Selain itu untuk menjawab tuntutan bagi anak atau orang dewasa yang akan beljar al-Qur’an tetapi mempunyai waktu yang terbatas.
Pada metode ini pengenalan huruf hijaiyah awal hingga akhir dengan menggunakan harakat dan untuk bacaan tajwid, tidak langsung dikenalkan macam-macam bacaan tetapi diberikan tuntunan membacanya, setelah menguasai semuanya akan diberikan materi tajwid.
3. Metode al-Baghdadi
Metode ini sering juga disebut dengan metode kuno atau juz ‘amma. Cara penyampaiannya dengan membaca dan menghafal huruf-huruf hijaiyah, baru menginjak pada tanda-tanda fathah, kasrah, dhommah. Pada metode ini anak bisa mengetahui langsung nama-nama huruf hijaiyah tanpa harakat dan hafal secara berurutan.
4. Metode Qira’ati
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasy dari Semarang. Di dalam metode ini santri diajarkan huruf-huruf hijaiyah yang sudah berharakat secara langsung tanpa mengeja.
Cara yang digunakan dalam materi ini hamper sama dengan metode iqra’ tetapi disertai dengan ketukan yaitu untuk bacaan pendek satu ketukan, sedangkan untuk bacaan mad dan idghom dua ketukan, dan mad wajib lima ketukan.
Beberapa metode ini telah berkembang di masyarakat Indonesia sampai sekarang. Metode ini yang dijadikan rujukan untuk belajar membaca al-Qur’an di seluruh Indonesia, agar anak secepatnya mampu dan menguasai dan membaca al-Qur’an serta mampu menulis huruf-huruf al-Qur’an dengan baik.
Metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan, yaitu untuk mennyampaikan sebuah materi kepada anak didik. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam menyampaikan baca tulis al-Qur’an, pada dasarnya semua metode yang digunakan adalah agar anak bias menyenangi materi yang diberikan dan agar anak suka belajar.
Di bawah ini akan dikemukan beberapa metode didalam pengebangan pengajaran al-Qur’an, karena sebenarnya banyak sekali metode yang telah berkembang di Indonesia, diantaranya adalah:
1. Metode al-Barqy
Metode ini disusun oleh Muhadjir Sulthon yang dikembangkan pertama kali di Surabaya. Pengajaran metode ini dikenal dengan pendekatan global atau Gestald psikologi yang bersifat analistik sintetik (SAS).
Yang dimaksud SAS ialah penggunaan struktur kata atau kalimat yang tidak mengikutkan bunyi mati/ sukun, dan menggunakan kata lembaga (struktur). Pada metode ini setelah santri mengenal dan dianggap bias pada pengenalan cara menulis, cara menulis ini diawali dengan meniru tulisan yang masih berupa titik-titik untuk ditebali dengan pensil, setelah dianggap baik dan bisa, baru melanjutkan untuk mengganti di kertas lain.
Metode ini tidak banyak memakan waktu bagi anak karena hanya diperlukan waktu 1 x 8 jam per minggu, sedangkan bagi remaja serta orang dewasa yang baik hanya diperlukan 1x6 jam per minggu.
2. Metode Iqra’ Klasikal
Di Indonesia, gerakan pemberantasan buta huruf al-Qur’an yang menggunakan metode iqra’ telah semarak dalam bentuk Taman Kanak-kanak al-Qur’an dan Taman Pendidikan al-Qur’an. Di sekolah dasar di Indonesia juga dikembangkan metode yang sesuai yang dapat mengantarkan murid mampu dalam membaca al-Qur’an dalam waktu yang relative singkat sesuai dengan keterbatasan jam pelajaran yang tersedia.
Metode ini disusun oleh salah satu team tadarrus AMM yaitu KH. As’ad Humam. Metode ini disusun sebagai kelanjutan dari metode sebelumnya, metode pertama kali dikembangkan didaerah Yogyakarta kemudian disebarkan ke daerah lain. Metode ini merupakan ringkasan dari metode iqra’ yang awalnya sampai 6 jilid kemudian diringkas menjadi satu buku yang tebal mencapai 61 halaman. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik cepat bisa membaca al-Qur’an. Selain itu untuk menjawab tuntutan bagi anak atau orang dewasa yang akan beljar al-Qur’an tetapi mempunyai waktu yang terbatas.
Pada metode ini pengenalan huruf hijaiyah awal hingga akhir dengan menggunakan harakat dan untuk bacaan tajwid, tidak langsung dikenalkan macam-macam bacaan tetapi diberikan tuntunan membacanya, setelah menguasai semuanya akan diberikan materi tajwid.
3. Metode al-Baghdadi
Metode ini sering juga disebut dengan metode kuno atau juz ‘amma. Cara penyampaiannya dengan membaca dan menghafal huruf-huruf hijaiyah, baru menginjak pada tanda-tanda fathah, kasrah, dhommah. Pada metode ini anak bisa mengetahui langsung nama-nama huruf hijaiyah tanpa harakat dan hafal secara berurutan.
4. Metode Qira’ati
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasy dari Semarang. Di dalam metode ini santri diajarkan huruf-huruf hijaiyah yang sudah berharakat secara langsung tanpa mengeja.
Cara yang digunakan dalam materi ini hamper sama dengan metode iqra’ tetapi disertai dengan ketukan yaitu untuk bacaan pendek satu ketukan, sedangkan untuk bacaan mad dan idghom dua ketukan, dan mad wajib lima ketukan.
Beberapa metode ini telah berkembang di masyarakat Indonesia sampai sekarang. Metode ini yang dijadikan rujukan untuk belajar membaca al-Qur’an di seluruh Indonesia, agar anak secepatnya mampu dan menguasai dan membaca al-Qur’an serta mampu menulis huruf-huruf al-Qur’an dengan baik.
2- Pengembangan Model Pembuatan Media Belajar (Alat peraga)
Alat peraga merupakan salah satu komponen
penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak
menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat alat peraga
merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan
tipe siswa belajar.
Pembelajaran
menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan fungsi seluruh panca indra
siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan cara mendengar,
melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis.
Pelajaran
tidak sekedar menerawang pada wilayah abstrak, melainkan sebagai proses empirik
yang konkrit yang realistik serta menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah
dilupakan.
Tujuan
penggunaan alat peraga adalah untuk mendemonstrasikan konsep yang abstrak ke
dalam bentuk visual. Dalam proses pembelajaran alat peraga berfungsi
- memecah rangkaian pembelajaran ceramah yang monoton
- Membumbui pembelajaran dengan humor untuk memperkuat minat siswa belajar.
- menghibur siswa agar pembelajaran tidak membosankan.
- memfokuskan perhatian siswa pada materi pelajaran secara kongkrit.
- melibatkan siswa dalam proses belajar sebagai rangkaian pengalaman nyata.
Penggunaan
alat peraga menunjang prinsip pembelajaran yang efektif terkait
pada upaya :
- Meningkatkan motivasi siswa belajar karena peraga dapat merangsang tumbuhnya perhatian serta mengembangkan keterampilan
- Peraga dapat memfokuskan perhatian siswa, pendidik dapat menggunakan peraga dengan melihat benda yang sesungguhnya di luar kelas atau dalam kelas
- Menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan kehidupan nyata dalam rangka meningkatkan daya antusias siswa terhadap materi pelajaran
- Alat peraga pembelajaran dapat mengubah guru sebagai transmisi yang berfungsi sebagai penghantar menjadi fasilitator, peraga membuat siswa lebih aktif.
- Membuat seluruh momen dalam kelas hidup dan berubah dari waktu ke waktu, pendidikan dapat membangun pertanyaan dengan dukungan alat yang ada di tangan
- Alat peraga membuat siswa menjadi lebih aktif berpikir dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena siswa tidak sekedar mengingat dan mendengarkan, namun mengembangkan pikirannya dengan fakta
- Alat peraga lebih meningkatkan interaksi antar siswa dalam kelas sehingga transformasi belajar dapat berkembang dinamis
- Dengan bantuan alat peraga dapat meningkatkan daya monitor pendidik sehubungan dengan aktifitas siswa lebih mudah diamati
Penggunaan alat peraga memenuhi kebutuhan
belajar sesuai gaya belajar siswa dalam satu kelas. Sebagaimana kita ketahui
bahwa terdapat beberapa tipe siswa berdasarkan cara mereka memahami sesuatu.
Ada siswa dengan gaya belajar visual, audio, atau kinestetik. Masing-masing
memiliki kecenderungan untuk mengoptimalkan salah satu indera mereka dalam
belajar sehingga memerlukan metode mengajar yang berbeda. Namun demikian, guru
harus mampu untuk mengkombinasikan beragam metode pengajaran agar dapat
mengakomodasi kebutuhan seluruh siswanya dalam belajar.
Metode untuk siswa visual mencakup materi
tertulis, penggunaan gambar dalam menjelaskan materi, menggambarkan time line
untuk hari-hari penting dalam pelajaran sejarah, menggunakan transparansi atau
power point, dan instruksi tertulis lainnya Biasanya siswa dengan gaya belajar
visual akan selalu mengikuti dan melihat guru saat memberikan penjelasan.
Metode audio mencakup pengulangan secara
lisan dengan suara keras istilah-istilah sulit dan konsep dalam pelajaran,
menemani dalam diskusi kelompok, mengadakan debat, mendengarkan materi melalui
tape, dan sebagainya.
Metode
kinestetik mencakup penyediaan peralatan dan kegiatan percobaan, penyelesaian
tugas, menggunakan pertolongan alat dan objek dalam pembelajaran, menggunakan
permainan dan menyelenggarakan field trip.
Seringkali
kita tidak memahami karakteristik siswa dan memaksakan metode pengajaran yang
kita anggap benar sehingga pencapaian hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Salah satu
sarana yang dapat mewadahi dan mendukung proses pengajaran menegaskan bahwa
keberadaaan alat peraga dalam setiap pembelajaran sangatlah penting. Guru akan
lebih mudah dalam mendeskripsikan materi yang sedang dijelaskan olehnya
sehingga siswa pun akan lebih mudah dan cepat dalam memahami pelajaran. Ketiga
jenis gaya belajar siswa pun dapat diakomodasi sehingga proses pembelajaran
berlangsung dengan lebih efektif.
Ada beragam
jenis alat peraga pembelajaran, dari mulai benda aslinya, tiruannya, yang
sederhana sampai yang canggih, diberikan dalam kelas atau di luar kelas. Bisa
juga berupa bidang dua dimensi (gambar), bidang tiga dimensi (ruang), animasi /
flash (gerak), video (rekaman atau simulasi). Teknologi telah mengubah harimau
yang ganas yang tidak mungkin di bawa dalam kelas bisa tampik di dalam kelas
dalam habitat kehidupan yang sesungguhnya.
Alat peraga
pembelajaran sederhana dapat dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti karton, kardus, styrofoam,
dan juga bisa memanfaatkan software-software komputer yang dapat menciptakan
alat peraga. Jika guru belum memiliki kemampuan untuk menciptakan alat peraga
berbasis TIK maka guru dapat memanfaatkan hasil alat peraga yang telah
diciptakan oleh rekan-rekan sejawat yang lain. Eksplorasilah kemampuan
pencarian informasi melalui internet, maka guru akan mendapatkan beragam alat
peraga pembelajaran berbasis TIK yang bisa dipergunakan secara cuma-cuma.
Animasi atau lebih akrab disebut dengan film
animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan
sehingga menjadi gambar yang bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika
komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat
Flash adalah alat untuk membuat web site
yang interaktif dan web site yang dianimasikan Animasi flash adalah gambar
bergerak yang dibuat dengan menggunakan alat untuk membuat web site yang
interaktif dan web site yang dianimasikan.
Simulasi
adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan sekelilingnya (state of
affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi sesuatu secara umum mewakilkan
suatu karakteristik kunci atau kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak.
3- Pengembangan SDM ( Guru dan Staf Administrasi)
Unsur MSDM adalah manusia, Manajemen
sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan,
penyusunan Pendik dan Tendik, pengembangan Pendik dan Tendik, pengelolaan karier,
evaluasi kinerja, kompensasi Pendik dan Tendik dan hubungan ketenagakerjaan
yang baik Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik
manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya.
Peranan Pendik dan Tendik bagi sebuah Lembaga
pendidikan berupa keterlibatan mereka dalam sebuah perencanaan, sistem, proses
dan tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga. Berbicara mengenai peranan tenaga
kerja,Karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain dengan menjual jasa mereka;
waktu, tenaga dan pikiran untuk lembaga tersebut
Dalam hal
ini manajer/ kepala madrasah harus melakukan tiga hal agar supaya rekrutmen
pendik dan tendik sesuai dengan harapan diantaranya :
1-
perencanaan
2- Rekrutmen
dan seleksi
3- Pelatihan
dan pengembangan serta penilaian prestasi.
4- Pengembangan building (Kelas)
Pengelolaan
kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah segala usaha yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar
menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar
dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dengan kata lain pengelolaan kelas
merupakan usaha dalam mengatur segala hal dalam proses pembelajaran, seperti
lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif. Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sede¬¬mikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimu¬lasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif. Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sede¬¬mikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimu¬lasi setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Pengaturan
lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap
pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Ling¬kung¬an belajar yang memberi kebebasan
kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat
secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan
dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya,
mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan
sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.
Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan enam cara sebagai berikut;
Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan enam cara sebagai berikut;
- penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif
- penataan ruang belajar sebagai sentra belajar
- penciptaan atmosfir belajar yang kondusif,
- penetapan strategi pembelajaran dan
- pemanfaatan media dan sumber belajar, dan
- penilaian hasil belajar
5- Manajemen Pengembangan Publikasi
Publikasi
dapat diartikan pengumuman tentang suatu hal yang disiarkan lewat media
elektronik dan atau diterbitkan di media cetak.publikasi mutlak dilakukan oleh
manajer/ kepala madrasah agar lembaga yang dipimpinnya dapat dikenal
masyarakat.
BENTUK PENGEMASAN INFORMASI
Berdasarkan
analisa ketiga hal dalam permasalahan di atas maka selanjutnya perpustakaan
dapat menentukan sejauh mana bentuk kemasan informasi tersebut harus
diwujudkan. Berikut adalah beberapa contoh bentuk kemasan informasi yang ada
sampai saat ini dan relevan digunakan bagi pengguna perpustakaan.
Berikut ini adalah macam macam publikasi yang dapat digunakan dalam
mengembangkan lembaga selain publikasi
yang telah kita lakukan dari mulut ke mulut.
·
Publikasi Cetak.
Pengemasan
informasi biasanya dapat juga diwujudkan dalam bentuk publikasi cetak seperti
Brosur, Newsletter, Prosiding, Indeks Majalah, Indeks Artikel, Kumpulan Artikel
Terpilih, Bibliografi, dan bentuk publikasi terseleksi lainnya. Kemasan dalam
bentuk publikasi cetak ini akan sangat membantu pengguna dalam menemukan
informasi tercetak yang terpilih sesuai dengan bidang kajian dan kebutuhannya.
Sehingga pengguna tidak perlu “membuang” waktu untuk menelusur satu demi satu
kebutuhan informasinya dalam “belantara” informasi di perpustakaan.
·
Media
Audio-Visual.
Informasi
juga dapat dikemas dalam bentuk Audio-Visual seperti dalam bentuk Audio-Video
Cassette, CD- Interaktif, VCD, DVD, dan bentuk lainnya. Kemasan informasi ini
merupakan kemasan yang menarik karena akan mengajak pengguna menggunakan
informasi dalam bentuk gambar dan suara.
·
Pangkalan Data Lokal.
Kemasan
informasi juga dapat diwujudkan dalam pangkalan data (database) lokal. Sekitar
2 tahun yang lalu, konsep pangkalan data lokal ini banyak digunakan di
Indonesia, terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi ilmiah bagi para
pengguna melalui semacam server lokal, baik yang berupa file maupun CD-ROM.
Contohnya adalah CD Database ERIC, CD Database Medline, CD-Database Agricola,
dan sebagainya.
·
Pangkalan Data Online.
Saat
ini di Indonesia pangkalan data Online sedang mengalami perkembangan yang cukup
baik, baik dengan “membeli” kemasan yang sudah jadi, mengambil dari
sumber-sumber gratis maupun membangun sendiri. Kemasan informasi dalam bentuk
ini telah memberikan kesempatan akses informasi secara lebih luas tidak
terbatas.
Email - Saef_ahgaff@yahoo.co.id
Blog –
http:/www.Saef-swordofgod.blogspot.com