Advertisement

Pidato terbaru tema Berbakti kepada kedua orang tua

Berikut ini Pidato Terbaik yang dapat dijadikan sebagai acuan pada lomba pidato anak anak dengan tema Pidato terbaru tema Berbakti kepada kedua orang tua

Berbakti Kepada Orang Tua


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِبِرِّ الْوَالِدَيْن. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىٰ حَبِـيْـبِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلىٰ آلِه| وَصَحْبِه| أَجْـمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ. حَضْرَةَ الْمُحْتَرَمِيْن،

para ustadz/ustadzah, serta dewan juri, yang saya hormati dan taati.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kita bisa bertemu di ruang virtual, yang insya Allah penuh barokah.

Shalawat serta salam, semoga terlimpah kepada insan paripurna, pemimpin besar dunia, Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita, dari zaman kegelapan, menuju cahaya iman; dari zaman jahiliyah, menuju zaman ilmiah dan Islamiyah; dari zaman unta, menuju zaman honda dan toyota.

Bapak/ibu, kakak serta teman-temanku yang aku cintai,

Kita ada, karena orang tua. Kita tumbuh, dengan kasih sayang mereka. Ayah bekerja mencari nafkah, ibu merawat dengan penuh kasih sayangnya. Mereka mendidik kita tak kenal lelah, semenjak kecil hingga dewasa.

Maka, sebagai anak, sudah seharusnya kita berbakti kepada ayah-bunda. Dengan demikian, ridha mereka selalu menyertai kita. Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits,

رِضَا اللّٰهِ فِيْ رِضَا الْوَالِدَيْن، وَسُخْطُ اللّٰهِ فِيْ سُخْطِ الْوَالِدَيْن

Ridha Allah, tergantung ridha orang tua, dan murka Allah, tergantung murka orang tua.

Lalu, bagaimana contoh berbakti kepada orang tua?

1. Berbicara dengan lemah lembut, tidak berkata “ah”, apalagi membentak

Misal, Ibu kita memanggil,

            “Reyhan…”

            “Dalem, Bu… Ada yang bisa Reyhan bantu…?”

Jangan sampai begini,

            “Reyhan…”

            “Apa sih, buuuuuukkk… Ngga tahu apa, lagi enak-enak main game…”

Ibu langsung menelus dada, “Astaghfirullah, nak… tobaaaat, tobat…” “Ibu jadi puusiiing…” Yang terakhir ini, jangan dicontoh lhooo…

2. Membantu orang tua

Alkisah, seorang tabi’in, Uwais al-Qarni, menggendong sang bunda, dari Yaman ke Mekah untuk berhaji. Menurut Mbah Google, jarak dari Yaman ke Mekah ratusan kilo meter. Namun, Uwais tetap menjalaninya. Masya Allah. 

            Nah, kita kan masih anak-anak, kalau menggendong ibu, tak kuatlah… bisa jatuh nanti, betul betul betul… Lalu, cara membantu orang tua, bagaimana, ya…? Misal, pulang sekolah, sepatu ditaruh di rak, pakaian kotor diletakkan di tempat cucian. Itu termasuk membantu. Apalagi bisa ikut mencuci atau menjemur.

            Jangan mentang-mentang masih kecil, pulang sekolah, sepatu dilempar ke sana, kaos kaki dilempar ke sini, baju kotor ditaruh sembarangan. Aduh-aduh, boskyu… Itu rumah apa kapal pecah…?

            Wahai… yang merasa diri anak… Ridha Allah tergantung ridha orang tua kita… Begitu pun murka-Nya.

            Wahai… yang dilahirkan dari rahim ibu… Ingatlah, surga di bawah telapak kaki ibu.

            Wahai…anak keturunan Nabi Adam… Jiwa-raga kita, berasal dari, kasih sayang ayah-bunda.

            Wahai…yang ingin hidupnya mulia… Yang ampuh di dunia ini, adalah doa keduanya.

<diam sebentar…>

Bapak/ibu, kakak serta teman-temanku yang aku sayangi,

            Semoga penjelasan ini bisa bermanfaat bagi kita sehingga menjadi anak yang berbakti. Semua kebenaran bersumber dari Allah. Apabila ada khilaf, itu berasal dari hamba Allah, yang dha’if ini.

 

اَلْعَفْوُ مِنْكُمْ، ثُمَّ السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Advertisement

Advertisement