Advertisement

Tumbuh Kembang Tasawwuf di Indonesia

Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawwuf di Indonesia


Sobat saef Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, pada makalah kali mengambil judul "Memahami Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawwuf di Indonesia" ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas pada mata kuliah ‘akhlak tasawwuf yang bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan tasawwuf di Indonesia.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini ke depannya. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam dunia pendidikan.


Gresik, 23 Juli 2025

Penulis



BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Tasawwuf merupakan dimensi spiritual dalam Islam yang berfokus pada penyucian jiwa dan kedekatan hamba kepada Tuhan. Di Indonesia, tasawwuf berkembang tidak hanya sebagai ajaran batiniah, tetapi juga sebagai pendekatan dakwah, pendidikan, dan perlawanan sosial-politik. Makalah ini membahas secara komprehensif proses masuknya tasawwuf ke Nusantara, perkembangan tarekat-tarekat sufi, kontribusi tokoh-tokoh utama, dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial-keagamaan masyarakat Indonesia. Ditemukan bahwa tasawwuf di Indonesia bersifat dinamis dan kontekstual, menyesuaikan diri dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensi ajarannya.

Tasawwuf sebagai cabang dari khazanah Islam memiliki posisi penting dalam pembentukan akhlak dan spiritualitas umat Muslim. Di tengah arus modernitas yang kerap mengabaikan aspek batiniah dan nilai-nilai moral, tasawwuf menjadi solusi untuk menyeimbangkan kehidupan lahir dan batin. Indonesia, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, memiliki sejarah panjang terkait perkembangan tasawwuf. Pemahaman terhadap sejarah dan dinamika tasawwuf di Indonesia sangat penting, terutama dalam konteks pembinaan moral dan pembangunan karakter bangsa.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pengertian dan ruang lingkup Tasawwuf?

Siapakah tokoh-tokoh Tasawwuf di Indonesia?

Bagaimana ajaran Tasawwuf terhadap transformasi sosial?

Bagaimana tasawwuf di era modern?

TUJUAN

Untuk memahami pengertian dan ruang lingkup Tasawwuf.

Untuk memahami tokoh-tokoh Tasawwuf di Indonesia.

Untuk memahami ajaran Tasawwuf terhadap transformasi sosial.

Untuk memahami tasawwuf di era modern.



BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian dan ruang lingkup Tasawwuf

Secara etimologis, istilah ‘Tasawwuf’ berasal dari kata “ṣūf” (bulu domba), yang mengacu pada kesederhanaan hidup para sufi awal. Secara terminologis, tasawwuf didefinisikan sebagai ilmu yang membahas cara penyucian hati, pengendalian hawa nafsu, dan perolehan kedekatan spiritual dengan Allah SWT. Tujuan utama tasawwuf adalah mencapai ma’rifat dan fana’, yakni pengenalan hakiki terhadap Tuhan dan lenyapnya ego diri dalam keagungan-Nya (Nasr, 1991).

Tasawwuf, atau sufisme, merupakan salah satu aspek spiritual dalam Islam yang menekankan pada pengembangan batin dan kedekatan diri kepada Allah melalui pendekatan mistis dan etis. Di Indonesia, tasawwuf bukan hanya menjadi bagian dari doktrin keagamaan, tetapi juga berperan besar dalam proses islamisasi, transmisi budaya, serta kehidupan sosial masyarakat Muslim Nusantara hingga saat ini

Ruang lingkup tasawwuf meliputi dimensi akhlak, ibadah batin, cinta ilahi, dan pembinaan spiritual. Oleh karena itu, tasawwuf tidak bisa dipisahkan dari aspek etika dan moralitas. Tasawwuf juga melahirkan berbagai aliran tarekat, yang menjadi sarana aktualisasi ajaran-ajaran spiritual dalam bentuk komunitas terorganisir.

Masuknya tasawwuf ke Indonesia tidak terlepas dari proses Islamisasi yang berlangsung sejak abad ke-13. Para ulama dan dai sufi memainkan peran sentral dalam penyebaran Islam di Nusantara. Pendekatan mereka yang santun, penuh kasih sayang, serta penggunaan budaya lokal sebagai media dakwah menjadikan ajaran Islam diterima dengan baik oleh masyarakat (Azra, 2013).  Dalam proses penyebaran tersebut, para sufi memainkan peran sentral. Mereka menggunakan jalur perdagangan, dakwah, dan integrasi dengan budaya lokal sebagai sarana efektif penyebaran ajaran Islam. Para saudagar Arab, Persia, dan India membawa ajaran tasawwuf bersamaan dengan aktivitas ekonomi dan sosial di pelabuhan-pelabuhan utama Nusantara

Beberapa jalur masuknya tasawwuf ke Indonesia antara lain:

Jalur Gujarat-India, membawa ajaran tarekat Syattariyah dan Qadiriyah.

Jalur Timur Tengah, memperkenalkan tarekat Naqsyabandiyah dan Khalwatiyah.

Jalur Persia, membawa pengaruh pemikiran filsafat dan spiritualitas sufi klasik.

Tokoh-tokoh tasawwuf di Indonesia

Beberapa tokoh penting dalam sejarah tasawwuf Indonesia adalah:

Sunan Kalijaga: Menggunakan pendekatan budaya lokal seperti wayang dan gamelan dalam menyebarkan ajaran spiritual Islam.

Syekh Yusuf al-Makassari: Seorang sufi dan pejuang dari Sulawesi Selatan yang dikenal dengan ajaran wahdatul wujud dan perlawanan terhadap penjajahan.

Syekh Abdur Rauf as-SingkilI: Tokoh tasawwuf dan pengajar tarekat Syattariyah di Aceh, yang menulis berbagai kitab penting.Syekh Nawawi al-Bantani: Ulama sufi asal Banten yang menulis banyak karya tentang akhlak dan tasawwuf dalam bahasa Arab dan digunakan di pesantren hingga kini.

Syekh Abdul Qadir Jailani: Ulama Persia pendiri Tarekat Qadiriyah yang sangat dihormati di Indonesia. Beliau dikenal sebagai Ghaus-e-Azam dan penghidup agama dengan ajaran tasawwuf yang sangat berpengaruh

Tasawwuf dan transformasi sosial

Tasawwuf, khususnya melalui lembaga tarekat, tidak hanya memperdalam spiritualitas Muslim Indonesia, tetapi juga memperkuat kohesi sosial dan memberikan corak toleransi beragama. Nilai-nilai tasawwuf, seperti cinta kasih, kedamaian, ketakwaan, dan kesederhanaan, menjadi bagian dari etika masyarakat Indonesia hingga era modern. Beberapa kelompok tarekat juga berperan dalam gerakan sosial dan perjuangan bangsa.

Tasawwuf tidak hanya bersifat kontemplatif, tetapi juga memiliki kontribusi sosial yang signifikan. Di Indonesia, tarekat-tarekat sering menjadi basis pergerakan sosial dan politik:

Perlawanan terhadap penjajah: Banyak perlawanan terhadap Belanda dilakukan oleh komunitas tarekat, seperti Perang Diponegoro yang melibatkan jaringan spiritual.

Pendidikan: Pesantren-pesantren banyak mengajarkan nilai-nilai tasawwuf sebagai bagian dari pembentukan karakter santri.

Moralitas Publik: Tasawwuf mendorong terciptanya masyarakat yang penuh toleransi, damai, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Di era modern tasawwuf justru menjadi semakin relevan, terutama dalam menjawab kegelisahan batin generasi milenial dan z yang mengalami:

Stres dan kecemasan mental akibat kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan.

Kehampaan spiritual di tengah kemajuan teknologi dan ekonomi.

Krisis moral dan degradasi akhlak di berbagai sektor kehidupan.

Tasawwuf menawarkan jalan spiritual yang penuh kasih sayang, kedamaian, dan introspeksi diri. Nilai-nilai seperti ikhlas, tawakkal, muraqabah, dan zuhud menjadi solusi untuk kehidupan yang lebih seimbang antara dunia dan akhirat.

Tasawwuf di era modern

Di era modern, tasawwuf menghadapi tantangan dari berbagai arah, seperti:

 a. Sekularisme dan Materialisme

Perkembangan teknologi, sains, dan pola hidup modern seringkali mengedepankan rasionalitas dan materi. Orientasi hidup bergeser dari spiritualitas menuju pencapaian duniawi. Hal ini membuat ajaran tasawwuf yang menekankan zuhud (kesederhanaan), sabar, dan ma’rifat dianggap tidak relevan oleh sebagian masyarakat.

b. Radikalisme dan Formalisme Agama

Sebagian kelompok menganggap tasawwuf sebagai bid’ah atau bahkan menyimpang karena praktik dzikir berjamaah, ziarah kubur, dan penggunaan simbol-simbol spiritual yang tidak mereka temukan dalam pemahaman literal terhadap teks-teks agama. Ini membuat tasawwuf terpinggirkan dari arus utama dalam beberapa kalangan.

c. Krisis Otoritas Ulama Sufi

Perkembangan media sosial membuat banyak orang mengakses ilmu agama secara bebas tanpa bimbingan guru spiritual. Ini menyebabkan pemahaman tentang tasawwuf menjadi dangkal atau malah disalahartikan.

Namun, tasawwuf tetap relevan dengan menawarkan spiritualitas yang seimbang dan penuh kasih sayang. Dan bentuk kebangkitan tasawwuf dalam menghadapi tantangan tersebut dengan cara:

a. Majelis Dzikir dan Kajian Spiritual

Di berbagai kota besar Indonesia, muncul majelis dzikir dan pengajian yang berorientasi tasawwuf, seperti Majelis Rasulullah, Majelis Ar-Raudhah, dan lainnya. Majelis-majelis ini dipenuhi oleh anak muda, profesional, dan masyarakat urban yang haus akan kedamaian batin.

b. Tarekat Modern dan Virtual

Beberapa tarekat tradisional seperti Naqsyabandiyah, Qadiriyah, dan Syattariyah melakukan pembaruan dengan memanfaatkan media digital, seperti pengajian daring, aplikasi dzikir, bahkan komunitas tarekat online.

c. Tasawwuf Intelektual

Banyak cendekiawan Muslim modern menulis dan mendiskusikan tasawwuf dari perspektif filsafat, psikologi, dan sosiologi. Tokoh seperti Syekh Hamza Yusuf, Prof. Syafiq Mughni, dan Kyai Husein Muhammad turut berkontribusi dalam menarasikan tasawwuf sebagai jalan Islam rahmatan lil alamin.

d. Integrasi dalam Pendidikan

Di pesantren-pesantren, terutama yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU), tasawwuf tetap menjadi bagian penting dalam kurikulum. Bahkan beberapa universitas mulai memasukkan studi tasawwuf sebagai bagian dari program studi Islam atau psikologi spiritual.






BAB III

PENUTUP

Dari makalah di atas dapat disimpulkan:

Tasawwuf, atau sufisme, merupakan salah satu aspek spiritual dalam Islam yang menekankan pada pengembangan batin dan kedekatan diri kepada Allah melalui pendekatan mistis dan etis.

Ruang lingkup tasawwuf meliputi dimensi akhlak, ibadah batin, cinta ilahi, dan pembinaan spiritual.

Tokoh-tokoh sufi di Indonesia: sunan kalijaga, Syekh Yusuf al-Makassari, Syekh Abdur Rauf as-SingkilI, Syekh Abdul Qadir Jailani

Tasawwuf memiliki kontribusi sosial yang signifikan. Di Indonesia, tarekat-tarekat sering menjadi basis pergerakan sosial dan politik, seperti perlawanan tyerhadap penjajah, pendidikan, dan moralitas publik.

Tantangan tasawwuf di era modern: sekularisme,materialisme, radikalisme, formalisme agama, krisis otoritas ulama sufi. Mengahadapi hal tersebut, tasawwuf bangkit dengan cara majelis dzikir dan spiritual, tarekat modern dan virtual, tasawwuf intelektual, integrasi dalam pemdidikan.


DAFTAR PUSTAKA


Azra, Azyumardi. ‘Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia’. Jakarta: Kencana, 2013.

Nasr, Seyyed Hossein. ‘Sufi Essays’. Chicago: ABC International Group, 1991.

Zulkifli. ‘Sufism in Java: The Role of Tarekat in Pesantren’. Leiden: KITLV Press, 2002.

* Nasution, Harun. ‘Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya’. Jakarta: UI Press, 1985.

* Trimingham, J. Spencer. ‘The Sufi Orders in Islam’. Oxford: Oxford University Press, 1998.

* Bruinessen, Martin van. ‘Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia’. Bandung: Mizan, 1992.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Advertisement

Advertisement