Advertisement

Tafsir Tematik Metode Pendidikan

Tafsir Tematik Tarbawi tema Metode Pendidikan


PENDAHULUAN

A. Latar belakang 

Metode merupakan salah satu unsur keberhasilan pembelajaran, dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu keahlian atau ketrampilan pengelolaan kelas yang harus dimiliki seorang guru dalam penyampaian materi pelajaran, yang berhubungan dengan tiga ranah penting diantaranya ialah ranah kognitif, afektif dan psikomotor, karena setiap siswa memiliki kemampuan dan taraf penalaran yang berbeda-beda sehingga dengan keterampilan dan keahlian seorang guru dapat memilih pendekatan dan metode serta media yang tepat agar siswa mampu menguasai dan memahami konsep materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. 

Sejarah pendidikan telah mencatat bahwa dalam pelaksanaan pendidikan pasti memiliki cara-cara tertentu. Cara yang dilakukan biasanya tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Cara yang dimaksud disebut dengan metode pendidikan. Sebenarnya metode pendidikan ini cukup banyak yang tidak mungkin dijelaskan satu-persatu. Ada metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, resitasi, drill, problem solving, karya wisata dan seterusnya. Metode-metode tersebut sudah lama dikenal dalam dunia pendidikan, dan tidak asing lagi bagi tenaga pendidik. Seolah-olah ini adalah karya murni dalam dunia pendidikan umum. 

Padahal bisa ditelusuri lebih mendalam dalam kajian tarbawi melalui Alquran dan hadis, ternyata bisa ditemukan melalui banyak cara, seperti metode tanya jawab dan diskusi, banyak dicontohkan para Nabi ketika memberikan pendidikan kepada umatnya, kepada para pembangkangnya, bahkan antara Nabi dengan Nabi (seperti Nabi Musa dengan Nabi Haidir), dan banyak juga dicontohkan Rasulullah saw. dalam mendidik anak-anaknya.  

Kajian terhadap berbagai cara menyampaikan materi pelajaran tersebut bisa ditelusuri melalui tafsir tarbawi, yang disebut dengan wawasan Alquran terhadap metode pendidikan terutama tafsir ayat 

BAB II

PEMBAHASAN

1. Penafsiran Metode Pendidikan  Pada surat al-Maidah ayat 67 

يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَۗ وَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗۗ وَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (Qs. Al-Maidah;67). 

Pada surat al-Maidah di atas 

(ayat 67) sebagaimana dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa pada awalnya Nabi Muhammad saw. merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabiannya. Namun karena ada dukungan langsung dari Allah, maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Allah swt sebagai pihak memberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah Nabi Muhammad saw. dalam menyampaikan risalah. Nabi Muhammad tidak sendiri, di belakangnya ada semangat yang agung, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah swt. begitupun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi, sebab materi penyampaian tersebut merupakan pewaris nilai yang agung, hal inilah yang harus diberikan. Berdasarkan pada tafsir di atas, pemakalah menganalisis bahwa bentuk gambaran di atas merupakan gambaran berupa metode dakwah. 

2.Metode Pembelajaran Dalam Surat An-Nahl Ayat 125 

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.

Dari beberapa penafsiran di atas tentang surat An-Nahl ayat 125, ayat ini merupakan ayat dakwah yang merupaka seruan yang dilakukan oleh Rasulullah kepada umat manusia, baik kepada mereka yang sudah masuk Islam maupun mereka yang belum masuk Islam (musyrikin). 

Pada zaman Rasulullah, satu-satunya media untuk menyeru kejalan Allah adalah melalui kegiatan dakwah. Dakwah merupakan kegiatan sentral yang dilakukan Rasulullah setiap hari sebagai upaya untuk mengajak kaum musyrikin agar mau mengikuti beliau memeluk agama Islam. Dakwah juga diperuntukkan bagi mereka yang telah memeluk agama Islam dengan tujuan agar lebih memantapkan keislamannya. Ketika itu belum dikenal istilah pendidikan, karena pendidikan baru muncul pada saat ini, yaitu belasan abad setelah meninggalnya beliau. Yang ada saat itu hanyalah dakwah beliau. Dan apapun bentuk dan aktifitasnya asalkan di dalamnya terdapat unsur penyebaran ajaran agama Islam maka itu disebut dakwah. 

Dengan berputarnya waktu, banyak problem kehidupan yang harus diselesaikan, baik dengan melakukan tindakan langsung maupun dengan teori-teori tertentu. Maka saat ini muncullah istilah pembelajran (pendidikan)yang mencakup dua aktifitas, yaitu mengajar dan diajar. Andaikan pada saat itu sudah ada istilah pembelajaran (pendidikan) maka apa yang dilakukan oleh Rasulullah bisa dikatakakn sebagai pembelajaran, karena di situ terdapat aktifitas belajar dan mengajar. Rasulullah berperan sebagai pengajar (pendidik) dan orang-orang selain beliau (para sahabat) berperan sebagai pelajar (peserta didik). Umpama saja dakwah itu dilakukan Rasulullah pada saat ini maka istilahnya bukan berdakwah lagi, akan tetapi Rasulullah telah melakukan aktifitas pendidikan. 

Dengan pemaparan di atas, maka ayat tersebut (surat An-Nahl ayat 125) yang semula merupakan ayat dakwah sekarang bisa dijadikan ayat tentang pendidikan, sesuai dengan kondisi dan situasi saat ini. tentu banyak sekali ayat atau hadist yang pada saat ini bisa dikatakan sebagai ayat atau hadist tentang pendidikan. Salah satu contohnya adalah dialog yang dilakukan oleh Rasulullah dan malaikat Jibril, dimana malaikat Jibril bertanya tentang Iman, Islam dan Ihsan dan sekaligus memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jelaslah bahwa ini merupakan hadist tentang pembelajaran, karena di dalamnya terdapat unsur-unsur pendidikan. 

Ayat ini merupakan ayat tentang pendidikan keislaman, yaitu ketauhidan. Hal ini bisa dilihat dari kata sabili rabbika. Arti kata rabb di sini adalah Allah yang Maha Esa. Sementara kata sabili bermakna jalan atau agama. Jadi dengan demikian Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk memberikan pendidikan kepada umat manusia agar mau memeluk agama Islam dan mengikuti jalan-Nya, yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Di dalam ayat ini penulis juga menyimpulkan ada 3 macam metode pendidikan yang terkandung di dalamnya. Karena seperti yang telah penulis katakan di bab sebelumnya, pembelajaran (proses pendidikan) tidak akan berjalan dengan sempurna tanpa adanya metode. 3 macam metode tersebut adalah: Hikmah, mau’idhzah Hasanah, dan jidal atau debat. 

1. Metode Hikmah (perkataan yang bijak) 

Allah SWT. menyuruh Rasulullah SAW. agar mengajak makhluk kepada Allah dengan hikmah, yakni dengan berbagai larangan dan perintah yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, agar mereka waspada terhadap siksa Allah.

2. Metode Mau’idhzah Hasanah (nasehat yang baik) 

Mau’idhzah hasanah adalah bentuk pendidikan dengan memberikan nasehat dan peringatan baik dan benar, perkataan yang iemah lembut, penuh dengan keikhlasan, sehingga peserta didik terdorong untuk melakukan segala aktivitasnya dengan baik. 

3. Metode Jidal (debat) 

Jidal juga merupakan sebuah metode pendidikan, sebagaimana hikmah dan mau’idhzah hasanah. Jidal terdiri dari tiga macam, yaitu: pertama, jidal yang buruk yakni yang disampaikan dengan kasar. Kedua, jidal yang baik yakni yang disampaikan dengan sopan serta menggunakan dalil-dalil atau dalih walaupin hanya diakui oleh lawan. Dan yang ketiga, jidal yang terbaik yakni yang disampaikan dengan baik dan dengan argumen yang benar serta membungkam lawan. 

3.Tafsir Surat Al-A raf 176

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada duniadan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, makaperumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunyadiulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya diamengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepadamereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir .

Adapun yang ingin peneliti kaji dalam makalah ini adalah mengenaipotongan ayat . Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan dalam  firman Allah: faqshushil qashasha la allaHum yatafakkaruun ( Makaceritakanlah [kepada mereka] kisah-kisah itu agar mereka berfikir. ) Allahberfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad saw. demikian maksudnya supaya bani Israil mengetahui keadaan Bal am dan yang terjadi padanya, ketikadisesatkan oleh Allah dan dijauhkan dari rahmat Allah, dengan sebab iamenggunakan nikmat Allah yang diberikan kepadanya berupa pengajarannama-Nya yang Agung (yang jika diminta dengan nama itu, Allah pasti akanmengabulkan dan jika diseru dengannya, Allah pasti akan memenuhi)bukan dalam rangka ketaatan kepada Allah, bahkan ia pernah mendo akankeburukan dengan menggunakan nama itu terhadap Hizbullah (golonganAllah) dan Hizbul Mukminin (golongan orang-orang yang beriman), parapengikut hamba Rasul-Nya pada zaman itu, yaitu Musa bin Imran as. Berdasarkan pada tafsir di atas, pemakalah menganalisis bahwa bentuk gambaran di atas merupakan gambaran berupa metode cerita.

 اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ ٢

تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ ٢٥

Artinya:

24.  Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,

25.  (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.

Menurut bahasa مَثَلًا  adalah dalam kamus bahasa arab artinya   1. Contoh, kejadian ilustrasi, kasus, pelajaran ; 2. Pepatah, perkataan, peribahasa, ungkapan, perumpamaan. Tapi yang di maksud dalam QS. Ibrahim Ayat 24-25 ini mengartikan perumpamaan Dengan perumpamaan yang di ajarkan oleh pendidik agar mampu peserta didik nya untuk memahami dan mengetahui apa yang diajarkan oleh pendidik atau guru tersebut.

Tafsir Ibnu Katsier

Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan kalimat yang baik ialah ucapan “Lailaha Illallah”. Dan bahwa orang mukmin diumpamakan sebagai pohon yang baik, yang selalu tidak terputus-putus amalnya, pada waktu pagi, sore, atau malam bahkan pada tiap saat ada amal sholehnya yang naik keatas. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Umar yang bercerita; bahwa Rasulullah pada suatu ketika bertanya kepada kita yang berada disekelilingnya “Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang sifat-sifatnya menyerupai keadaan orang-orang muslim, yang tidak rontok daun-daunnya pada musim panas maupun musim dingin dan memberikan (menghasilkan) buahnya tiap waktu seizin tuhannya”. “itulah pohon kurma”, Rasulullah menjawab sendiri pertanyaannya.

Dalam QS. Ibrahim 24-24 dijelaskan bahwa pendidik menggunakan metode pendidikan perumpamaan supaya membuat peserta didik lebih mudah mengingat dan mengambil pelajaran dari perumpamaan-perumpamaan tersebut. Dengan memberikan perumpamaan pada peserta didik itu dapat memberikan kesan yang lebih mendalam pada peserta didik. Hikmah mempelajari.

BAB III

KESIMPULAN

Metode merupakan salah satu unsur keberhasilan pembelajaran, dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu keahlian atau ketrampilan pengelolaan kelas yang harus dimiliki seorang guru dalam penyampaian materi pelajaran, yang berhubungan dengan tiga ranah penting diantaranya ialah ranah kognitif, afektif dan psikomotor.Kajian terhadap berbagai cara menyampaikan materi pelajaran tersebut bisa ditelusuri melalui tafsir tarbawi, yang disebut dengan wawasan Alquran terhadap metode pendidikan terutama tafsir ayat yang pertama pada surah pada surah al maidah ayat 67 menggunakan metode dakwah. Yang kedua pada surah al nahl ayat 125 menggunakan . 3 macam metode tersebut adalah: Hikmah, mau’idhzah Hasanah, dan jidal atau debat. Yang ketiga pada surah al a'raf ayat 176 menggunakan metode cerita. Yang keempat ibrahim ayat 24-25 menggunakan metode perumpamaan.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Advertisement

Advertisement