Kejarlah Dunia dan Rasakan!!
TERLETIH-LETIH MENGEJAR KEHIDUPAN DUNIA YANG FANA
Sobat saef, Setelah edukasi ruhiyah dan jasmaniah Ramadhan hendak berakhir, seringkali kita kembali terlena melakukan segala upaya untuk menggapai berbagai kenikmatan hidup dunia. Berupa harta, pangkat, prestasi dan jabatan merupakan kebahagiaan yang seolah-olah kekal di dunia sehingga kita lupa bahwa kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal sebenarnya setelah kematian...
Dunia memang fana, dan Allah Azza wa Jalla akan mencabut segala bentuk kenikmatan duniawi sesuai dengan kehendak-Nya, kapanpun Dia berkehendak. Namun kenapa masih banyak di antara kita yang terlena dan justru membiarkan diri terhanyut dalam kemilau pesona duniawi yang pada akhirnya tak mampu menyelamatkan kita di akhirat kelak?
Saudaraku,Sudah semestinya kita sadari bahwa semua yang ada di dunia ini pastilah akan sirna, termasuk kekayaan, popularitas, juga segala hal lainnya yang ada di dalamnya, cepat atau lambat akan meninggalkan kita. Harta kekayaan, tak mampu menunda ajal yang datangnya sudah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla. Popularitas pun tak dapat menyelamatkan tatkala malaikat maut datang menjemput. Semua yang kita miliki selama di dunia ini, tak akan selamanya dapat kita miliki ataupun kita pertahankan...
Hakikat dunia adalah negeri yang sementara, bukan negeri keabadian. Jika kita memanfaatkan dunia dan menyibukkannya dengan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla maka kita akan memetik hasilnya di akhirat kelak. Adapun jika kita menyibukkannya dengan syahwat, maka kita akan merugi, baik di dunia, apalagi di akhirat. Hal ini sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla,
خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj: 11)
Saudaraku, Siapapun yang selama hidupnya hanya memikirkan dunia, maka kelak Allah Azza wa Jalla akan membuat dia terletih-letih dalam mengejarnya. Berbeda dengan orang menjadikan akhirat sebagai prioritas utamanya, maka dunia dengan sendirinya akan melayaninya. Bukan berarti kita tidak boleh memiliki banyak harta, akan tetapi kekayaan yang kita miliki justru harus bisa menjadi pemberat amalan baik kita di akhirat nanti. Bukan seperti yang terjadi pada saat ini, ketika banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi berkuasa, kaya raya, maka mereka melakukan segala cara, termasuk hal-hal yang diharamkan...
Lain halnya dengan orang-orang yang menyibukkan dunia dengan sesuatu yang akan bermanfaat untuknya kelak di sisi Allah Azza wa Jalla, mereka adalah orang-orang yang beruntung, baik di dunia maupun di akhirat. Dia beruntung di dunia karena menyibukkan diri dalam amal kebaikan. Demikian pula, dia beruntung di akhirat karena telah membekali diri dengan berbagai amal shalih.
Allah Azza wa Jalla berfirman dalam Al-Quran,
فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu.” (QS. Luqman: 33)
Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla mengingatkan kita agar tidak terperdaya dengan kehidupan dunia. Dia terlena dengan dunia, sehingga sia-sialah waktunya, terluput dari berbagai amal shalih, karena dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Dia habiskan dunia ini, siang dan malam, hanya untuk mengumpulkan harta saja. Bukan berarti seorang Muslim tidak boleh memanfaatkan dunia ini dan apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, hendaknya dia manfaatkan ini semua untuk membantu ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Jalla menciptakan dunia ini dan apa yang ada di dalamnya untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah Azza wa Jalla berfirman,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Katakanlah, “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan siapa pulakah yang mengharamkan rizki yang baik?” Katakanlah, “Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus untuk mereka saja di hari kiamat.” (QS. Al-A’raf: 32)
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, sebagai rahmat dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al-Jatsiyah: 13)
Namun, sekali lagi, bukan berarti kita sibuk dengan kehidupan dunia dan lalai dengan kehidupan akhirat. Bahkan maksudnya, sibukkanlah dunia ini dengan niat untuk menolongmu dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang memanfaatkan dunia ini dan menyibukkannya untuk kebaikan dan maslahat agama dan dunianya, merekalah orang-orang yang beruntung. Akan tetapi, barangsiapa yang sibuk dengan dunia dan menjadikan dunia itu sendiri sebagai tujuan dan hasratnya, mereka ini sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla,
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ
“Allah meluaskan rizki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu dibanding dengan kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan yang sedikit.” (QS. Ar-Ra’du: 26)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa meningkatkan amal shalih sebagai bekal terbaik kehidupan di akhirat untuk meraih ridha-Nya.