kenapa malaikat jibril datang belajar kepada Nabi Muhammad SAW
STUDI DAN TELAAH HADITS
HADITS KEDATANGAN MALAIKAT JIBRIL KEPADA NABI MUHAMMAD UNTUK
MENGAJARKAN PERKARA AGAMA
(12)- [11] حَدَّثَنِي أَبُو خَيْثَمَةَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ
كَهْمَسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ.ح
وحَدَّثَنَا وَهَذَا حَدِيثُهُ، عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ،
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا كَهْمَسٌ، عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ
يَعْمَرَ، قَالَ: كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ: مَعْبَدٌ
الْجُهَنِيُّ، [ ج 1 : ص 151 ] فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ، حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ، فَقُلْنَا:
لَوْ لَقِينَا أَحَدًا [ ج 1 : ص 152 ][ ج
1 : ص 153 ][ ج 1 : ص
154 ][ ج 1 : ص 155 ] مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ
فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ، فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ، فَاكْتَنَفْتُهُ
أَنَا، وَصَاحِبِي، أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ،
فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ، فَقُلْتُ: أَبَا عَبْدِ
الرَّحْمَن، إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا نَاسٌ [ ج 1 : ص
156 ] يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ، وَذَكَرَ مِنْ
شَأْنِهِمْ، وَأَنَّهُمْ يَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ، وَأَنَّ الأَمْرَ أُنُفٌ،
قَالَ: فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ،
وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ،
لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ، مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ
مِنْهُ، حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ، ثُمَّ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي [
ج 1 : ص
157 ] عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ، قَالَ: بَيْنَمَا
نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ
شَدِيدُ، بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ، سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ
أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى
النَّبِيِّ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى
فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلَامِ، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ: " الإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ
الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ
سَبِيلًا "، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ،
وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيمَانِ، قَالَ: " أَنْ
تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ
الآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ "، قَالَ: صَدَقْتَ،
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: " أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ،
[ ج 1 :
ص 158 ]
فَإِنَّهُ يَرَاكَ "، قَالَ:
فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ
السَّائِلِ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا، قَالَ: " أَنْ تَلِدَ
الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ
الشَّاءِ، يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ "، [ ج 1 : ص 159 ] قَالَ: ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ
لِي: يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ، قَالَ: [ ج 1 : ص 160 ] فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ، أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ.حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ
بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ وَأَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ وَأَحْمَدُ بْن
عَبْدَةَ، قَالُوا: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ
زَيْدٍ، عَنْ مَطَرٍ الْوَرَّاقِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ
يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ، قَالَ: لَمَّا تَكَلَّمَ مَعْبَدٌ بِمَا تَكَلَّمَ بِهِ
فِي شَأْنِ الْقَدَرِ أَنْكَرْنَا ذَلِكَ، قَالَ: فَحَجَجْتُ أَنَا [ ج 1 : ص
161 ] وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَجَّةً،
وَسَاقُوا الْحَدِيثَ بِمَعْنَى حَدِيثِ كَهْمَسٍ وَإِسْنَادِهِ، وَفِيهِ بَعْضُ
زِيَادَةٍ، وَنُقْصَانُ أَحْرُفٍ وحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا
يَحْيَي بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ غِيَاثٍ، حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ وَحُمَيْدِ بْنِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَا: لَقِينَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، فَذَكَرْنَا
الْقَدَرَ وَمَا يَقُولُونَ فِيهِ، فَاقْتَصَّ الْحَدِيثَ كَنَحْوِ حَدِيثِهِمْ،
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ وَفِيهِ شَيْءٌ مِنْ
زِيَادَةٍ، وَقَدْ نَقَصَ مِنْهُ شَيْئًا، وحَدَّثَنِي حَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِر ِ،
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ
يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنْ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ بِنَحْوِ
حَدِيثِهِمْ
مأخوذ من برامج جوامع الكلم
Hadits diatas dapat kita temukan dengan mudah pada
kitab hadits “Arba’in Nawawiyah” tepatnya di urutan kedua didalamnya tertulis
Riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim, Namun dalam kesempatan ini sengaja
penulis datangkan secara lengkap dari kitab shohih imam Muslim dengan harapan
agar lebih banyak faedah yang akan didapat utamanya bagi para Tholibul Ilmi
khususnya Ilmu hadits.
HUKUM SANAD HADITS
Hukum
atas sanad hadits diatas adalah Muttasil, dan para rijal haditsnya Tsiqah
(semua dapat dipercaya) menurut Imam Muslim. beliau menerima hadits ini dari 3
sanad yang pertama Abu Bakar bin Abu Syaibah. kedua Zuhair bin harb bin Syaddad
dari Ismail bin Ibrahim dan seterusnya seperti sanad yang ada pada Imam bukhori
dan yang ketiga Muhammad bin Abdullah bin numair dari Muhammad bin bisyir yang
mendengar dari yahya bin sa’id bin hayyan dari Abu zur’ah dan seterusnya mirip
dengan Sanad Imam bukhori, Imam Muslim ketika membahas hadits ini dalam
kitabnya sangat bagus sangat hati hati dan tidak terlalu bertele tele sehingga
apapun yang beliau tulis dalam kitabnya InsyaAllah bisa memberI manfaat tersendiri
dan member semngat kepada kita untuk mengkaji lebih dalam.
Kitab
Shohih Imam Bukhori memang lebih Tinggi dan lebih Shohih tingkatanya dan lebih
banyak Faedah dalam pengambilan Hukum di banding dengan kitab kitab yang lain,
namun kitab Shohih Muslim memiliki kelebihan dalam keterjagaan sanad sanadnya. Seperti
yang kita ketahui diatas bahwa beliau mengatakan “Haddatsani dan Haddatsana”
ini menunjukkan bahwa Imam Muslim betul betul teliti dalam pengambilan sanad,
yang mana “haddtsani berarti beliau mendengar secara pribadi dari sanad
sebelumnya sedang Haddatsana beliau mendengar dengan kehadiran ahli hadits yang
lainya” demikian halnya dengan kalimat “Akhbarani dan Akhbarana”. Sekali lagi
walaupun seandainya imam muslim tidak membedakan antara kalimat “Khaddatsani
Khaddatsana atau akhbarani dan Akhbarana” tidaklahh bermasalah namun hebatnya
ini dilakukan Imam muslim sebaggai bentuk kehati hatian beliau dalam
menjelaskan pengambilan sanad.
Kedudukan Hadits Menurut Ulama’
Hadits
ini terkenal dengan sebutan Hadits Jibril, hadits ini juga dikatakan dengan
“Ummu As-sunnah” silahkan disimak Kedudukan hadits ini menurut para Ulama
hadits secara detail,
1.
Dalam Syarh “Arba’in Ibnu
Daqieqil ‘Ied Berkata “ Hadits ini seperti Induknya Sunnah, sebagaimana
Al-Fatihah disebut sebagai Induknya Al-quran karena kandungan yang telah
mengumpulkan makna-makna Al-quran.
2.
Imam nawawi berkata dan
ketahuilah bahwasanya Hadits ini mengumpulkan berbagai ilmu,
pengetahuan-pengetahuan, adab-adab dan hikmah-hikmah yang lembut bahkan beliau
mengatakan hadits ini adalah pokoknya Islam
3.
Di nuqilkan oleh Ibnu hajar
Al-asqalani dalam Fathul bari Imam Qurtubi berkata “ Hadits ini tepat dikatakan
sebagai Induknya Sunnah dengan Alasan karena perkara perkara yang terkandung
didalamnya dari berbagai Ilmu Sunnah
4.
Ibnu rajab berkata “ Ini
adalah Hadits Agung yang mengandung keterangan tentang seluruh agama Islam.
Keilmuan yang dapat diambil
dari Hadits.
Banyak
sekali Ilmu/faedah yang kita dapati dari hadits ini, disamping yang tersurat
ada pula faedah yang tersirat yang perlu diperhatikan.
1.
Terdapat 5 Rukun Islam dan
6 Rukun Iman dalam agama Islam
2.
Islam, Iman dan Ihsan
merupakan suatu tingkatan, yang paling bawah adalah Islam kemudian Iman dan
tingkatan tertinggi adalah Ihsan, sehingga orang yang berihsan (Muhsin) adalah
orang yang sudah Pasti Beriman (Mukmin) dan sudah Pasti Islam (Muslim),
sedangkan seorang mukmin dipastikan
Muslim namun belum tentu Muhsin, dan seorang Muslim belum diangggap sebagai Mukmin dan Muhsin hingga memenuhi syaratnya
sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Hujrat ayat 14( الأية ) ولماّ يدخل الإيمان في قلوبكم ...........قالت
الأعراب ءامنا قل لم تؤمنوا ولكن قولوا أسلمنا
artinya Katakanlah
kamu belum beriman tapi katakanlah kami telah tunduk (berislam) karena Iman itu
belum masuk kedalam hatimu.
3.
Hadits ini juga menjelaskan
tentang perkara perkara Gaib seperti hari kiamat serta Qadha dan Qadar, “Tidaklah
orang yang ditanya itu lebih mengetahui dari pada yang bertanya” merupakan
ungkapan yang menunjukkan bahwa tidak ada mahluk yang mengetahui kapan
terjadinya hari kiamatkecuali Allah saja bahkan Malaikat jibril maupun nabi
Muhammad SAW. Juga tidak mengetahui kapan terjadinya Hari kiamat, kecuali hanya
mmengetahui tanda tandanya saja.
Sebagaimana
yang telah kami jelaskan diatas bahwa banyak Hal yang tersirat yang terkandung
dalam Hadits Jibril Ini diantaranya bila kita melihat dari Kaca Mata Pendidikan
ada beberapa hal yang penting untuk diketahui:
1.
Jibril ating kepada nabi
sebagai متعلّم (pelajar) dan معلّم (guru)
Sebagai متعلّم Pelajar malaikat mengajarkan
(sopan dalam berpakaian dan santun disaat bertanya)
Sebagai معلّمguru beliau menggunakan metode
bertanya agar jawaban yang diberikan oleh nabi dapat diambil faedah oleh para
sahabat dan utamanya ummat selanjutnya
2.
Seorang Murid harus selalu
dekat dengan Guru bahkan pengambilan tempat duduk pun harus diperhatikan jangan
terlalu jauh tatkala belajar,agar interaksi bisa terjadi dengan baik, sehngga
jika ada soal, guru dapat memahami dengan baik, murid tidak usah mengeraskan
suara ketika bertanya.
3.
Seorang Murid harus
mengetahui adab dalam belajar, bagaimana cara berpakaian cara duduk cara bicara
dsb, jika semua diperhatikan maka guru yang mengajar akan merasa terhormat,
dengan demikian akan timbul rasa senang dalam mengajar dann dengan rasa senang
tersebut maka akan banyak sekali Ilmu yang akan disampaikan oleh seorang guru
yang belum pernah tersampaikan sebelumnya, sebagaimana kisah Nabi Khidhir
dengan nabi musa As.
4.
Antara Guru dengan murid
harus ada ta’alluq (hubungan batin), utamanya seorang Murid harus mendatangi Gurunya agar supaya transformasi
keilmuan berjalan dengan baik, dan semakin menambah berkah.
Demikian
sekilas penjelasan tentang Hadits Jibril semoga bermanfaat bagi kita
semua,khususnya bagi Tholibul ulum al-hadits. Amin
والله
أعلم بالصّواب , مأخوذ من عدد من الكتب الحديث المشرّحة