Advertisement

Yang Mana Jenis Hatimu ?!

TERUSLAH BERIMAN DALAM BERBAGAI KEADAAN 

Sobat Saef, Salah seorang Ulama' Makkah mengatakan :

( إذا خِفْتَ أنْ تميلَ إلى الشَّهواتِ في الدُّنيا التي فيها المُتْعَةُ؛ فتذكَّرْ مُتْعَةَ الآخرة. ولهذا كان نبيُّنَا صلّى الله عليه وسلّم إذا رأى ما يعجِبُه مِن الدُّنيا قال: «لبيَّكَ إنَّ العَيْشَ عَيْشُ الآخِرةِ» ، فيقول: «لبيَّكَ» يعني: إجابةً لك ، مِن أجلِ أنْ يكبَحَ جِمَاحَ النَّفْسِ ؛ حتى لا تغترَّ بما شاهدت مِن مُتَعِ الدُّنيا ، فَيُقبل على الله ، ثم يوطِّن النَّفسَ ويقول: «إن العَيْشَ عَيْشُ الآخرة» لا عيشُ الدُّنيا. وصَدَقَ رَسُولُ الله صلّى الله عليه وسلّم، والله؛ إنَّ العيشَ عيشُ الآخِرةِ ، فإنه عيشٌ دائمٌ ونعيمٌ لا تنغيصَ فيه، بخِلافِ عيشِ الدُّنيا فإنه ناقصٌ منغَّصٌ زائِلٌ )

"Apabila engkau khawatir akan condong kepada syahwat (keinginan) dunia yang padanya terdapat  banyak kenikmatan; maka ingatlah kepada kenikmatan akhirat.

Oleh karenanya Nabi shallallahu 'alaihi  wa sallam apabila beliau melihat sesuatu yang mengagumkannya dari dunia,

«لبيَّكَ إنَّ العَيْشَ عَيْشُ الآخِرةِ»

"Aku segera memenuhi panggilanmu, karena kehidupan terbaik adalah kehidupan akhirat."

Beliau mengucapkan: "labbaik" yakni sebagai bentuk pemenuhan panggilan-Mu, dalam rangka mengendalikan nafsu; hingga tidak tertipu dengan perhiasan dunia, sehingga dia menghadap Allah, dan mengokohkan jiwa seraya mengatakan,

"Sesungguhnya kehidupan adalah kehidupan akhirat, bukan kehidupan dunia."

Sungguh benar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam demi Allah; sesungguhnya kehidupan itu adalah kehidupan akhirat, karena sesungguhnya dia adalah kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan yang tiada ada kepedihan padanya, berbeda dengan kehidupan dunia karena padanya kekurangan dan kepedihan lagi fana."


Godaannya orang miskin adalah cenderung sibuk mencari penghasilan sedemikian rupa sampai lupa mengingat Allah Azza wa Jalla. Godaannya orang kaya adalah cenderung sibuk mengurusi hartanya sedemikian rupa sampai lupa mengingat Allah Azza wa Jalla...

Akhirnya kalau dipikir-pikir, urusan taat itu bukan perkara keadaan kita. Tapi memang masalah seberapa kuat hati kita menjaga iman dan seberapa hebat cara kita memaksa diri untuk hati terus beriman dalam berbagai keadaan.

Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك   , يا مصرف القلوب اصرف قلبنا إلى طاعتك

“Wahai Dzat Yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hati-hati kami di atas agama-Mu, wahai Dzat yang mengarah-arahkan hati, arahkanlah hatiku untuk mentaati-Mu.”

Ketahuilah bahwa sesungguhnya hati itu ditinjau dari kekokohan di atas kebaikan dan kejelekkan atau berbolak-baliknya di antara keduanya itu terbagi menjadi tiga macam:

Hati yang pertama; adalah hati yang dimakmurkan dengan ketakwaan, disucikan dengan ihtiar latihan, dibersihkan dari kejelekkan-kejelekkan akhlak. Maka terbukalah bisikan-bisikan kebaikan dalam hati dari perbendaharaan alam ghaib, lalu malaikat menguatkannya dengan hidayah.

Hati yang kedua; adalah hati yang terbengkalai yang diisi dengan hawa, dikotori dengan kotoran-kotoran, tercemari oleh akhlak yang jelek. Maka menjadi kuatlah padanya kekuasaan syaithan karena keluasan tempatnya. Dan menjadi lemahlah kekuasaan iman padanya. Dan hatinya dipenuhi oleh asapnya hawa nafsu, maka hilanglah cahayanya, keadaannya menjadi seperti mata yang dipenuhi oleh asap yang tidak memungkinkan baginya untuk melihat. Tidak lagi berpengaruh baginya larangan tidak pula nasihat.

Hati yang ketiga; hati yang mulanya ada bisikan hawa nafsu lalu ia mengajaknya untuk berbuat jelek, lalu disusul oleh bisikan keimanan sehingga mengajaknya untuk berbuat baik.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلامِ  وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.” (QS. Al-An’aam 125)

"Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, berikanlah kepada kami taufik dan hidayah terhadap perkara-perkara yang Engkau cintai dan ridhai."

(Kitab Mukhtashar Minhajil Qashidin karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi hlm. 147-148)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa tegar menjaga hati tetap beriman di berbagai keadaan untuk meraih ridha-Nya.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Advertisement

Advertisement